Penyusun : Muhamad Rusli Ahyar
Tahun : 2008
MATEMATIKA AL-QUR’AN – PERHITUNGAN ALAM SEMESTA DALAM
ALQURAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Alasan Pemilihan Judul
Adapun alasan yang
mendorong penulis untuk mengambil judul “Matematika Al Qur’an – Perhitungan
Alam Semesta dalam Al Qur’an”, karena sesungguhnya di dalam Al Qur’an terdapat
berbagai macam ilmu-ilmu duniawi, baik ilmu alam (Sains), ilmu sosial, maupun
ilmu politik. Penulis ingin memberikan sedikit informasi tentang ilmu alam yang
ada di dalam Al Qur’an. Tak hanya itu, ternyata di dalam Al Quran terdapat
rahasia tentang suatu kodetifikasi yang mengarah kepada kodetifikasi alam
semesta yang selama 1400 tahun telah tersembunyi. Berangkat dari kenyataan
itulah penulis mengangkat judul tersebut untuk karya tulis ini.
2.
Tujuan Penulisan
Tujuan
pokok dari penyusunan karya tulis ini adalah untuk memenuhi salah tugas siswa kelas
XI SMA N 1 Kudus sebagai persyaratan kenaikan kelas dari kelas XI ke kelas XII.
Selain tujuan pokok tersebut, penulis
juga memiliki tujuan lain dalam penulisan karya tulis ini, yaitu:
1)
Memberi tahu para pembaca bahwa
di dalam Al Qur’an selain terdapat petunjuk tentang Agama juga terdapat
Mukjizat keilmuan.
2)
Merangsang pembaca untuk
mengadakan penelitian berdasarkan tafsir dari ayat-ayat Al Qur’an.
3)
Memberikan informasi kepada
pembaca tentang suatu kodetifikasi yang ada di dalam Al Qur’an.
3.
Pembatasan Masalah
Dalam karya tulis ini akan dibahas
tentang angka-angka matematis berbentuk kodetifikasi yang tersembunyi dalam Al
Qur’an. Pada bagian tersebut akan dibahas secara detail. Sedangkan mengenai
ilmu-ilmu lain yang ada di dalam Al Qur’an, seperti : Biologi, Fisika, dan
Astronomi tidak akan dibahas secara detail.
|
4.
Metode Pengumpulan Data
Adapun metode penyusunan karya tulis
yang dilakukan oleh penulis adalah metode pustaka yaitu pengumpulan berbagai
macam data dengan cara membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan pembahasan
karya tulis ini.
5.
Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah dalam pembahasan dan
pemahaman para pembaca terhadap karya tulis ini, maka dibuatlah sistematika
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Penulis menjabarkan menjadi beberapa sub
bab yaitu alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode
pengumpulan data, dan sistematika penulisan
BAB II AL-QUR’AN
ADALAH FIRMAN ALLAH
Berisi tentang penjelasan mengenai
awal diturunkannya Al Qur’an kepada Nabi Muhammad, penjelasan bahwa Al Qur’an
bersifat universal, abadi dan sempurna serta berisi sedikit uraian tentang ilmu
pengetahuan dalam Al Qur’an
BAB III ILMU
PENGETAHUAN DALAM AL-QUR’AN.
Merupakan uraian yang berisi beberapa
ilmu yang diterangkan dalam Al Qur’an, yaitu : Ilmu Astronomi, Fisika, dan
Biologi.
BAB IV MATEMATIKA
DALAM AL-QUR’AN
Uraian utama yang berisi tentang
berbagai kodetifikasi dalam Al Qur’an, dimulai dengan pengenalan bilangan
prima, kemudian membahas struktur ayat dan kata, enkripsi angka – angka, surat ke
Besi, dan perhitungan cahaya dengan AL Qur’an.
BAB V PENUTUP
Berisi simpulan dan saran dari hasil
penjelasan ilmu – ilmu dan kodetifikasi dalam Al Qur’an
BAB II
AL QUR’AN ADALAH FIRMAN ALLAH
A.
AL QUR’AN DITURUNKAN
Al Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantara Malaikat Jibril.
Sebelumnya Allah SWT. telah menurunkan kitab-kitab lain, yaitu: kitab Zabur
kepada Nabi Daud as, kitab Taurat kepada Nabi Musa as, dan kitab Injil kepada
Nabi Isa as.
Muhammad sebelum
menjadi Nabi adalah seorang dari kaum Quraisy yang mempunyai sifat-sifat
terpuji. Dia adalah orang yang dapat dipercayai, jujur, berbudi luhur dan
mempunyai kepribadian yang tinggi. Tidak ada sesuatu perbuatan dan tingkah
lakunya yang tercela yang dapat dituduhkan kepadanya, berlainan sekali dengan
tingkah laku dan perbuatan kebanyakan pemuda-pemuda Quraisy yang pada umumnya
gemar berjudi dan berfoya-foya.
Ahli sejarah
menuturkan bahwa Muhammad sejak kecil hingga dewasa tidak pernah menyembah
berhala dan tidak pernah pula memakan daging yang disembelih untuk
berhala-berhala seperti lazimnya masyarakat Makkah pada waktu itu. Ia sangat
benci dan menjauhkan diri dari upacara-upacara pemujaan terhadap berhala
tersebut.
Waktu dalam
kehidupannya selalu diisi dengan berkhalwat (mengasingkan diri) untuk
mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta. Untuk berkhalwat ini beliau memilih
tempat di sebuah gua kecil yang bernama “Hira” yang terdapat di bukit “Jabal
Nur”.
Di gua itulah
Muhammad mulai mendapat wahyu pertama, yaitu ketika Muhammad tepat berusia 40
tahun 6 bulan dan 8 hari menurut tahun Qamariyah atau 39 tahun 3 bulan dan 8
hari menurut tahun Syamsiyah. Sejak saat itu beliau diangkat Allah SWT sebagai
nabi. Seorang Nabi akhir zaman yang akan menyempurnakan ajaran-ajaran nabi-nabi
sebelumnya. Wahyu pertama yang diperoleh Nabi Muhammad saw adalah surat Al
‘Alaq ayat 1-5 yang artinya :
|
Itulah wahyu
pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Wahyu pertama ini menyuruh
manusia untuk membaca, baik membaca tulisan-tulisan yang bermanfaat maupun
membaca hikmah-hikmah yang terkandung dalam penciptaan alam semesta ini.
- UNIVERSAL, ABADI DAN SEMPURNA
Al-Quran tidak mengkhususkan pembicaraannya kepada bangsa tertentu, seperti
bangsa Arab, dan kelompok tertentu, seperti kaum Muslimin. Tetapi ia juga berbicara
kepada bukan Muslim, termasuk orang-orang kafir, musyrik, Ahlul Kitab, Yahudi,
Bani Israil dan Nasrani. AI-Quran berbicara kepada setiap umat manusia di
dunia..
AI-Quran juga berbicara kepada setiap kelompok ini melalui hujah-hujah dan
penalaran. Ia tidak pernah mengkhususkan pembicaraannya kepada bangsa Arab
saja. Sebagai contoh, mengenai para penyembah berhala, ia berkata:
"Apabila
mereka bertobat, mendirikan salat dan membayarkan zakat, maka mereka menjadi
saudaramu dalam agama." (QS At Taubah :11)
Dan mengenai Ahlul
Kitab, ia berkata:
"Katakanlah:
'Wahai Ahlul Kitab, marilah menuju kepada keputusan yang sama antara kami dan
kamu. Hendaklah kita tidak menyembah kecuali Allah, tidak menyekutukan-Nya, dan
sebagian kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah.
“ (QS Ali
‘Imran : 64)
Di sini terlihat bahwa Al-Quran tidak berbicara dengan kata-kata
"apabila orang-orang musyrik Arab bertobat" atau "wahai Ahlul
Kitab Arab." Memang, dalam permulaan Islam (ketika dakwah Islam belum
tersebar dan keluar dari wilayah Jazirah Arab) pembicaraan-pembicaraan Al-Quran
ditujukan kepada bangsa Arab. Namun, sejak tahun keenam Hijrah, setelah dakwah
Islam tersebar sampai di luar Jazirah Arab, tidak ada lagi alasan untuk
pengkhususan. Di samping ayat-ayat tadi, ada ayat-ayat lain yang menunjukkan
universalitas dakwah Islam, seperti firman Allah:
“Al-Quran ini
diwahyukan kepadaku agar dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada
orang yang Al-Quran sampai kepadanya." (QS Al An’am : 19)
"Sesungguhnya
Al-Quran itu adalah peringatan bagi seluruh alam (bangsa)." (QS. Shaad : 87)
"Sesungguhnya
ia (neraka) adalah salah satu bencana yang amat besar, sebagai ancaman bagi
manusia. " (QS Al Muddatsir : 35-36)
Al-Quran memuat dan menerangkan tujuan puncak umat manusia dengan
bukti-bukti kuat dan sempurna. Dan tujuan itu akan dapat dicapai dengan
pandangan realistik terhadap alam, dan dengan melaksanakan pokok-pokok akhlak
dan hukum-hukum perbuatan. Al-Quran menggambarkan tujuan ini secara sempurna.
Allah berfirman:
"Kami
menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu." (QS An Nahl : 89)
Al-Quran mengandung kebenaran-kebenaran sebagaimana telah dijelaskan dalam
kitab-kitab samawi yang lain, disertai beberapa tambahan, dan di dalamnya
terdapat segala sesuatu yang dibutuhkan manusia dalam perjalanannya mengarungi
kehidupan dunia dan akhirat.
Al-Quran adalah sebuah kitab yang abadi di sepanjang zaman. Karena banyak
pernyataan dalam Al Qur’an yang terbuktikan oleh penemuan manusia di sepanjang
zaman. Al-Quran telah menegaskan kesempurnaan perkataannya:
"Sesungguhnya
Al-Quran itu benar-benar perkataan yang pasti, dan bukan merupakan
permainan." (QS Ath Thariiq:13-14)
Demikianlah, pengetahuan yang benar itu merupakan hakikat kebenaran.
Dasar-dasar akhlak dan hukum-hukum perbuatan yang dijelaskan Al-Quran merupakan
hasil dari kebenaran-kebenaran yang telah mapan, tidak akan terjamah kebatilan,
serta tak akan musnah di sepanjang zaman.
Tidak diragukan lagi hukum-hukum Al-Quran merupakan hukum yang tetap, abadi
dan tidak khusus untuk suatu waktu.
- AL QUR’AN DAN ILMU PENGETAHUAN
Al Qur’an merupakan
mu’jizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. yang abadi hingga
hari kiamat. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah:
"Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. dan Al Quran Ini
diwahyukan kepadaku supaya dengan Dia, aku memberi peringatan kepadamu dan
kepada orang-orang yang sampai Al-Quran kepadanya. (QS Al
An’am : 19)
Kemudian muncul
pembahasan-pembahasan yang menyoroti kemukjizatan Al Qur’an dari segi balaghah,
syariat, pendidikan dan ilmu pengetahuan. Hal ini dimaksudkan untuk menerangkan
mukjizat ilmiah dari sisi keabadiannya di tengah-tengah manusia dan sisi
kesesuaiannya dengan penemuan-penemuan manusia di berbagai bidang sains dan
pengetahuan lain yang berkaitan dengan makna wahyu Allah SWT. Firman Allah :
“...., tetapi Allah mengakui Al Quran yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah
menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi.
Cukuplah Allah yang mengakuinya.
(QS An Nisa’ : 166)
Mengenai ayat ini,
Ibnu Katsir mengatakan, “Menurunkannya dengan ilmu pada ayat di atas berarti di
dalam Al Qur’an terdapat ilmu yang Dia kehendaki untuk diketahui oleh manusia,
seperti ayat-ayat yang jelas (bayinat), petunjuk (huda), pembeda (furqan),
hal-hal yang disukai dan tidak disukai Allah, dan ilmu tentang yang gaib (masa
lalu dan masa akan datang).
Demikianlah kejelasan
wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan kandungan ilmu ilahiyah
yang dapat diketahui oleh orang arab dan non-arab di segala tempat dan waktu.
Kejelasan itu akan terus muncul dan berkembang sepanjang zaman hingga hari
kiamat. Oleh karena itu Nabi Muhammad saw. bersabda, “Tidak ada seorang nabi
pun kecuali diberikan ayat yang perumpamaannya menentramkan manusia. Tetapi
yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan oleh Allah kepadaku. Maka
aku berharap akan menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat.”
(Bukhari : Fath Al Bari 9/3, Muslim : Kitab Al Imam).
Mengenai hadits
ini, Ibnu Hajar mengatakan, “Mukjizat Al Qur’an akan berlangsung hingga hari
kiamat. Keluarbiasaan Al Qur’an terdapat dalam gaya dan keindahan bahasanya
serta pemberitaannya tentang yang gaib. Tidak ada satu masa pun yang lepas dari
Al Qur’an. Dengan demikian, manfaat Al Qur’an menyeluruh, baik kepada orang
sekarang, masa lalu maupun yang akan datang.” Oleh karena itu wajar jika dalam
tradisi keilmuan Islam muncul pembahasan khusus tentang ilmu-ilmu Al Qur’an
yang memelajari ayat-ayat kauniah. Hal ini untuk membuktikan kesesuaian antara
fakta ilmiah dengan hal-hal yang telah dinyatakan oleh Al Qur’an.
BAB III
ILMU PENGETAHUAN DALAM AL QUR’AN
A. Al Qur’an dan Astronomi
Al Qur'an diturunkan 14 abad silam di saat ilmu
astronomi masih terbelakang. Ilmuan modern telah menyatakan bahwa awal dari
penciptaan alam adalah dengan proses yang dinamakan ledakan besar (big bang).
Hal ini didasari oleh penemuan manusia bahwa ruang angkasa yang selalu
berkembang. Mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan langit itu Kami
bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya." (QS Adz Dzariyat : 47)
Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam
ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa
dan alam semesta. Dalam konteks ini, kata tersebut digunakan dengan arti luar
angkasa atau alam semesta. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa
alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah
kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Gambar 1.
Edwin Hubble dengan teleskop besarnya
Edwin Hubble dengan teleskop besarnya
|
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini
di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah
ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan
perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam
semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus
"mengembang".
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli
kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan
bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Gambar2.
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data
pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin
Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi
terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya
terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut
terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun
berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini
diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini
dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur
keseluruhan alam semesta.
B. Al Qur’an dan Fisika
Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al
Qur'an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti "besi", kita diberitahu
sebagai berikut:
"…Dan Kami turunkan
besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi
manusia ...." (QS Al Hadiid : 25)
Kata "anzalnaa" dalam bahasa arab yang berarti "kami
turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan
secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat
bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni
"secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa
ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa
logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di
angkasa luar. Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti
bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki
struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat
dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari,
yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah
melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu
lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut
"nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan ini,
meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta
dan akan bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya
gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi
melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui
meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi", persis seperti dinyatakan
dalam ayat tersebut. Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara
ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur'an diturunkan.
C. Al Qur’an dan Biologi
Penemuan abad ke-20 telah menemukan bahwa
pusat dari gerakan manusia adalah pada bagian otak besar. Ternyata hal ini
sesuai dengan apa yang telah diberitakan oleh Al Qur’an pada surat Al ‘Alaq :
"Ketahuilah, sungguh
jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya,
(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka." (QS Al ‘Alaq : 15-16)
Ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka"
dalam ayat di atas sungguh menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun
belakangan mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas mengatur
fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada bagian depan tulang tengkorak. Para
ilmuwan hanya mampu menemukan fungsi bagian ini selama kurun waktu 60 tahun
terakhir, sedangkan Al Qur'an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu. Jika kita
lihat bagian dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan
daerah frontal cerebrum (otak besar).
Buku berjudul Essentials of
Anatomy and Physiology, yang berisi temuan-temuan terakhir hasil penelitian
tentang fungsi bagian ini, menyatakan: “Dorongan dan hasrat untuk merencanakan
dan memulai gerakan terjadi di bagian depan lobi frontal, dan bagian
prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi.“
Buku tersebut juga mengatakan: “Berkaitan dengan keterlibatannya
dalam membangkitkan dorongan, daerah prefrontal juga diyakini sebagai pusat
fungsional bagi perilaku menyerang.”
Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas merencanakan, memberi
dorongan, dan memulai perilaku baik dan buruk, dan bertanggung jawab atas
perkataan benar dan dusta. Jelas bahwa ungkapan "ubun-ubun orang yang
mendustakan lagi durhaka" benar-benar merujuk pada penjelasan di atas.
Fakta yang hanya dapat diketahui para ilmuwan selama 60 tahun terakhir ini,
telah dinyatakan Allah dalam Al Qur'an sejak dulu.
BAB
IV
MATEMATIKA DALAM AL QUR’AN
A. Matematika dan Bilangan
Prima
Bilangan prima adalah dasar dari
matematika, termasuk salah satu misteri alam semesta. Tidak pernah terbayangkan
oleh manusia sebelumnya, sampai ditemukan bahwa bilangan prima juga merupakan
dasar dari kehidupan alam, yang dengan usaha keras ingin dijelaskan oleh ilmu
ini di dalam sains. Pandangan orang umumnya mengatakan bahwa matematika
hanyalah penemuan manusia biasa. Sebaliknya, beberapa pemikir masa lalu seperti:
Pythagoras, Plato, Cusanus, Kepler, Leibnitz, Newton, Euler, Gauss, termasuk
para revolusioner abad ke-20, Planck, Einstein dan Sommerffeld mengatakan bahwa
keberadaan angka dan bentuk geometris merupakan konsep alam semesta dan konsep
yang bebas (independent). Galileo sendiri menyatakan bahwa matematika
adalah bahasa Tuhan ketika menulis alam semesta.
1. Bilangan Prima dan Rencana Penciptaan
|
Para ilmuwan sudah lama mengatakan bahwa
bilangan prima adalah bahasa universal yang dapat dimengerti oleh semua makhluk
(spesies) berintelegensi tinggi, sebagai komunikasi dasar antarmereka. Bahasa
ini penuh misteri karena berhubungan dengan perencanaan universal kosmos.
Bilangan lain yang perlu diketahui adalah
sisa dari bilangan prima, yakni bilangan komposit, kecuali angka 1, yaitu 4, 6,
8, 9,10,12,14,15, .... dan seterusnya. Dengan kata lain, bilangan komposit
adalah bilangan yang terdiri dari minimal dua faktor prima.
Misalnya :
6
= 2 x 3 = 2 . 3
30
= 2 x 3 x 5 = 2 . 3 . 5
85
= 5 x 17 = 5 . 17
Selain itu, dikenal bilangan prima kembar,
yaitu bilangan prima yang angkanya berdekatan dengan selisih 2. Misalnya : (3,5),
lalu (5,7), lalu (11,13), lalu (17,19), lalu (29,37), dan seterusnya.
TABEL I
BILANGAN PRIMA SAMPAI
DENGAN INDEKS KE-120
2
|
3
|
5
|
7
|
11
|
13
|
17
|
19
|
23
|
29
|
31
|
37
|
41
|
43
|
47
|
53
|
59
|
61
|
67
|
71
|
73
|
79
|
83
|
89
|
97
|
101
|
103
|
107
|
109
|
113
|
127
|
131
|
137
|
139
|
149
|
151
|
157
|
163
|
167
|
173
|
179
|
181
|
191
|
193
|
197
|
199
|
211
|
223
|
227
|
229
|
233
|
239
|
241
|
251
|
257
|
263
|
269
|
271
|
277
|
281
|
283
|
293
|
307
|
311
|
313
|
317
|
331
|
337
|
347
|
349
|
353
|
359
|
367
|
373
|
379
|
383
|
389
|
397
|
401
|
409
|
419
|
421
|
431
|
433
|
439
|
443
|
449
|
457
|
461
|
463
|
467
|
479
|
487
|
491
|
499
|
503
|
509
|
521
|
523
|
541
|
547
|
557
|
563
|
569
|
571
|
577
|
587
|
593
|
599
|
601
|
607
|
613
|
617
|
619
|
631
|
641
|
643
|
647
|
653
|
659
|
Catatan : Angka-angka yang dicetak tebal; angka
yang muncul dalam struktur al-Qur'an.
Mayoritas ahli astrofisika menyatakan
bahwa di alam semesta terdapat "kode kosmos" yang dikenal sebagai
Theory of Everything (TOE), yang artinya terdapat konstanta-konstanta alam
semesta yang saling berhubungan berdasarkan perintah pendesain. Sekali perintah
tersebut dapat dipecahkan, maka hal ini akan membuka pandangan sains lainnya
yang berhubungan.
2. Bilangan Prima 19
Salah satu angka yang dipandang misterius
atau unik adalah angka 19. banyak peneliti yang telah lama memikirkannya,
tetapi struktur komplek ini tetap juga belum diketahui jawabannya.
TABEL II
STRUKTUR BILANGAN PRIMA 19 DENGAN KOMBINASI (10+9) & INDEKS ANGKA 8
Bilangan biasa
|
Bilangan ganjil
|
Bilangan genap
|
Bilangan prima
|
1
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
2
|
2
|
3
|
3
|
-
|
3
|
4
|
-
|
4
|
-
|
5
|
5
|
-
|
5
|
6
|
-
|
6
|
-
|
7
|
7
|
-
|
7
|
8
|
-
|
8
|
-
|
9
|
9
|
-
|
-
|
10
|
-
|
10
|
-
|
11
|
11
|
-
|
11
|
12
|
-
|
12
|
-
|
13
|
13
|
-
|
13
|
14
|
-
|
14
|
-
|
15
|
15
|
-
|
-
|
16
|
-
|
16
|
-
|
17
|
17
|
-
|
17
|
18
|
-
|
18
|
-
|
19
|
19
|
-
|
19
|
Keterangan
|
10 angka
|
9 angka
|
8 angka
|
Tabel tersebut sengaja ditampilkan sebagi
pengenalan awal, karena dalam al-Qur'an banyak digunakan struktur (10 + 9),
atau kombinasi (11 + 8) dalam bilangan prima 19.
3. Angka 19 dan 81
Dr. Peter Plichta ahli kimia dan
matematika dari Jerman menyatakan bahwa, semua formula matematika
dan angka-angka berhubungan dengan dua kutub matematika alam semesta ini. Angka
81 spesifik karena melengkapi angka 19, (19 + 81= 100). Jumlah angka-angka
tersebut adalah 19:
1 + 9 + 8 + 1 =19.
Bila kita analisis sedikit lebih lanjut, terdapat
hubungan angka-angka tersebut dengan cara:
1:19 = 0,0526315789473684210526
Angka yang berulang secara periodik,
berulang dengan sendirinya tepat pada digit ke-19 sesudah koma dan jika
angka-angka tersebut kita jumlahkan maka hasilnya (0 + 0 + 5 + 2 + 6 + 3 + 1 + 5 + 7 + 8 + 9 + 4 + 7 + 3 + 6 + 8 + 4 + 2 + 1) adalah 81 !
Sekarang:
1 : 81 = 0,012345679 ....
Di sini terlihat angka 8 terlewati, padahal angka
lain muncul secara periodik.
Hilangnya angka 8 adalah ilusi, dan nilai
resiprokal angka 81 adalah "alamiah", menghasilkan satu seri sistem desimal
bilangan 0,1,2, .... dan seterusnya; dan sistem itu bukan buatan manusia.
Tetapi mengapa angka 8, bukan angka lainnya, yang "hilang"? Hal ini
karena angka 8 berhubungan dengan angka 19. Bilangan prima ke-8 adalah 19.
Dalam budaya Cina kuno, angka 8
melambangkan yat kwa, delapan penjuru angin, jalan menuju ke harmoni (keseimbangan kehidupan) dengan alam sekelilingnya. Dalam Al Qur'an, angka 8
merupakan jumlah malaikat, yang menjunjung 'Arsy (Kursi, Singgasana),
mengatur keseimbangan 'Arsy, yang bermakna power and authority
dominion, baik sebelum maupun saat Kiamat. Sebagian mufasir, seperti Muhammad
Abdul Halim, menerjemahkan 'Arsy dengan "Majelis Langit" atau "Wilayah Pemerintahan Kosmos". Wilayahnya tidak
terbatas, "di bawah 'Arsy terdapat (unsur) air". Berlimpah
unsur hidrogen, elemen kimia yang paling ringan dari unsur air, H
2
O. Jauh lebih luas dari alam semesta yang
diketahui.
4. Komunikasi Interstellar
Para pemikir sains, seperti Galileo,
Euclid, telah lama mengatakan bahwa bilangan prima adalah bilangan universal
yang diyakini merupakan bahasa alam semesta, bilangan yang ada hubungannya
dengan desain kosmos dan dalam operasionalnya banyak dipakai manusia untuk security
system ( kodetifikasi ) enkripsi. Termasuk kemungkinan untuk
komunikasi interstellar, antargalaksi dan komunikasi dengan ETI (Extra-Terrestrial
Intelligent).
Pesan berkode dari Frank Drake, penemu
kriptogram, dikirimkan kepada para ilmuwan dalam upaya mengatasi kesulitan
menemukan arti sinyal artificial extraterrestrial (datang dari luar
angkasa, tidak dikenal). Pesan tersebut terdiri dari 1271 garis (1271 adalah
bilangan prima), angka 1 dan nol (atau bit). Kunci kode dikenali karena 1271
adalah hasil kali dua bilangan prima 31 dan 41, sehingga informasi dapat
diperlihatkan dengan 41 garis dengan 31 bit tiap garis atau 31 garis dengan 41
bit tiap garis. Bernard Oliver salah satu penerima sinyal dari Frank Drake,
sesama ilmuwan, akhirnya dapat memecahkan kode tersebut. Di mana penemuan ini
memberikan prospek komunikasi antara makhluk-makhluk di alam semesta dengan
bahasa yang sama. Kriptogram Frank Drake dapat memecahkan kesulitan komunikasi
antargalaksi dengan makhluk berinteligensia tinggi lainnya atau ETI.
Faktanya, para astronom dan ilmuwan
matematika mengatakan bahwa bilangan biner dan bilangan prima adalah dasar dari
komunikasi di alam semesta.
Usaha pertama untuk menghubungi makhluk
angkasa luar (SETI) terdiri dari pesan yang diarahkan ke gugus bintang (alBuruj)
M-13 pada tanggal 16 November 1974, melalui Arecibo radio teleseoye.
Pesan Arecibo singkat, hanya 1679 bits informasi, dikenali karena
merupakan hasil perkalian bilangan prima 23 dan 73. Disusun 73 baris di mana
setiap baris terdiri dari 23 karakter biner, "1" dan
"0". lnformasi memuat nomor atom elemen biologi yang membentuk
senyawa DNA, lokasi bumi dalam tata surya, ukuran dan jumlah manusia di bumi,
angka 1 sampai 10, dan deskripsi dari teleskop yang digunakan. Pesan ini
ditransmisikan dari bumi ke galaksi lain dengan jarak 25 ribu tahun cahaya.
B. Struktur Ayat dan Kata
Struktur kodetifikasi, enkripsi, bukan
saja di tingkat surat dan ayat, tetapi juga sampai tingkatan ayat, kata-kata,
dan huruf. Al-Qur'an menyajikan puluhan, bahkan ratusan, struktur yang sangat
bervariasi dari berbagai tingkatan. Namun semuanya tidak lepas dari bilangan
prima dan prima kembar seperti 29 dan 31.
1.
Kalimat
Basmallah
Setiap surat berisikan sejumlah ayat yang
dalam bahasa Arab dikenal sebagai ayah atau "tanda kekuasaan
Allah". Secara struktur, ia berhubungan dengan 29 surat berinisial dengan
bentuk (10 + 19). Kalimat ini dikenal pula dengan kalimat basmallah. Ia
mempunyai 4 kata dan 19 huruf Arab yang tersusun secara sistematis, yang
artinya,"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". Bilangan disusun selain berhubungan
dengan angka 19 juga berhubungan dengan angka bilangan prima 29.
Sejak awal, dalam kalimat basmallah, kata
bismi ditulis tanpa huruf alif sebagaimana halnya pada kata yang sama
pada awal Surat al-A'la (Iqra'), menurut Al Qurtubi (w. 671 H), atas dasar alasan
praktis. Namun az-Zarkasyi (w. 794 H) mengatakan bahwa tata cara penulisan
al-Qur'an mempunyai rahasia-rahasia tertentu. Pernyataan tersebut memang benar, sebab
bila ditulis dengan huruf alif, kalimat basmallah menjadi 20 huruf, bukan 19 huruf
Di bawah ini ringkasan kalimat basmallah yang diatur berdasarkan kata dan huruf
Arab. Perlu diketahui, semua perhitungan jumlah kalimat, kata, dan huruf
mengacu pada penyelidikan oleh para sarjana dan penemuannya telah di dokumentasikan
dalam beberapa buku klasik. Referensi yang digunakan adalah buku yang berjudul
“Indek Kata-Kata dalam Al Qur’an karya M. Fuad ‘Abdul Baqi. Semua angka yang
disebutkan dalam karya tulis ini ditemukan secara bebas dengan alat komputer,
juga ada dalam buku lainnya. Sehingga angka-angka tersebut tidak dapat
diragukan kebenarannya.
Dalam kalimat basmalah, jumlah nomor katanya
adalah 1 + 2 + 3 + 4 = 10, sedangkan jumlah huruf adalah 19. Jumlah total nomor
kata dan huruf adalah (10 + 19) = 29. Di mana bilangan prima ke-10
adalah 29.
TABEL III
KALIMAT BASMALLAH DENGAN STRUKTUR 29 DAN 19
Jumlah No
|
Arab
|
Indonesia
|
Jumlah Huruf
|
1
|
Bism
|
Dengan nama
|
3
|
2
|
Allah
|
Allah
|
4
|
3
|
AI-Rahman
|
Yang Maha
Pengasih
|
6
|
4
|
AI-Rahim
|
Maha Penyayang
|
6
|
10
|
Total
|
Total
|
19
|
Angka 1 adalah nomor kata dan angka 3
adalah jumlah huruf kata pertama, seterusnya angka 2 adalah nomor kata, dan 4
adalah jumlah huruf kata kedua, demikian seterusnya. Perhatikan berikutnya :
1 3 2 4 3 6 4 6 = 19 x 697034 =
19 x 19 x 36686 dan, ....
1+3+2+4+3+6+4+6 = 6+9+7+0+3+4 =
3+6+6+8+6 = 29 !
Kemungkinan suatu kalimat, yang jumlah
nomor kata dan hurufnya 29 merupakan kelipatan 19, dengan jumlah bilangan hasil
baginya juga 29 adalah kecil sekali, hampir tidak ada. Dengan demikian, bisa
dipahami bila Al Qur'an dalam pengajarannya menantang manusia dan jin untuk
membuat satu ayat yang menyerupainya. Bukan saja dari sisi bahasa, arti, dan
maknanya, tetapi juga dari komposisi matematisnya.
Kalimat basmallah dalam Al Qur'an
berjumlah 114 atau (6 x 19). Tiap surat memuat kalimat pembuka basmallah,
kecuali Surat at-Taubah nomor 9. Surat ini tidak memiliki kalimat
pembuka basmallah. Tetapi dalam surat ke-27, Surat an-Naml, yang artinya semut, terdapat
dua kalimat basmallah, satu lagi di ayat nomor 30. Perhatikan, jumlah surat
dari 9 ke nomor 27 adalah 19 surat. Lebih lanjut, bila angka 9 dijumlah sampai
dengan angka 27, kita dapatkan:
9+10+11+12+13+14+15+....+27=342; atau (19 x 18)
Surat at-Taubah adalah satu-satunya surat yang
tidak mempunyai kalimat basmallah yang bernomor 9. Kita lihat: jumlah 3 + 4 + 2
= 9, sama dengan jumlah (1 + 8).
2. Penempatan Nomor Surat dengan Huruf Qaf
Inisial huruf qaf dalam Al Qur' an sangat
spesifik. Ia berhubungan dengan kata Qur'an yang disebut 57 kali atau (19 x 3)
dalam Al Qur'an. Elarbi Bouqdib menemukan susunan yang dikategorikan
sebagai sistem parity check. Huruf qaf dipakai untuk proteksi nama surat dan
penempatan surat supaya tidak tertukar. Ia dipakai untuk pengawasan paritas
pada surat-surat tertentu yang berhubungan dengan jumlah ayat, dan banyaknya
huruf.
Dari 114 nama surat terdapat 20 surat yang
memakai huruf qaf. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 5.2.
TABEL IV
STRUKTUR NAMA SURAT YANG MEMAKAI HURUF QAF, 20 SURAT
No
|
Nama surat
|
No surat
|
No
|
Nama surat
|
No surat
|
1
|
AI-Baqarah (Pembukaan)
|
2
|
11
|
AI-Qalam (Pena)
|
68
|
2
|
Al-Furqan (Pembeda)
|
25
|
12
|
AI-Haqqah (Hari Kiamat)
|
69
|
3
|
AI-Qashash (Cerita-cerita)
|
28
|
13
|
AI-Qiyamah (Hari Kiamat)
|
75
|
4
|
Luqman
|
31
|
19
|
AI-Insyiqaq (Terbelah)
|
84
|
5
|
AI-Ahqaf (Bukit-bukit Pasir)
|
46
|
15
|
Ath-Thariq (Yang Datang Malam Hari).
|
86
|
6
|
Qaf
|
50
|
16
|
AI-'Alaq Segumpal Darah)
|
96
|
7
|
AI-Qamdr (Bulan)
|
54
|
17
|
AI-Qadar (Kemuliaan)
|
97
|
8
|
Al-Waqi' ah (Hari Kiamat)
|
56
|
18
|
Al-Qari' ah (Han Kiamat)
|
101
|
9
|
AI-Munafiqun (Orang-orang Munafik)
|
63
|
19
|
Quraisy (Suku Quraisy)
|
106
|
10
|
Ath-Thalaq (Talak)
|
65
|
20
|
AI-Falaq (Waktu Subuh).
|
113
|
Kodetifikasi huruf qaf ini
diketahui bila kita menjumlahkan tiap digit nomor surat tersebut di atas.
Jumlahnya: 2 + 2 + 5 + 2 + 8 + 3 + 1 + 4 + 6 + 5 + 0 + 5 + 4 + 5 + 6 + 6 + 3 + 6
+ 5 + 1 + 0 + 6 + 1 + 1 + 3 = 190, atau (19x10).
Peneliti lain menemukan dari 20 nama surat
tersebut terdapat 4 surat yang "ter-enkripsi' bernomor bilangan prima: 31,
97, 101, 113. Jumlah nomor surat tersebut adalah 31 + 97 + 101 + 113 = 342 atau
(19 x 18). Artinya 20 surat ini hanya bisa menempati posisi nomor
tertentu, dengan nama surat yang spesifik seperti di atas. Dikunci lagi dengan
4 surat harus bilangan prima, yang jumlahnya pun kelipatan 19. Kode bertingkat
ini dikunci lagi dengan kaidah struktur ketiga, yaitu pembagian surat homogen
dan heterogen, yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Lengkap sudah, nama dan
jumlah surat, nomor surat, jumlah ayat tiap surat, posisi ayat, terstruktur
tidak boleh berubah.
3. Penempatan Qaf dengan Nomor Surat dan
Jumlah Ayat
Inisial huruf qaf juga menunjukkan
kodetifikasi hubungan nomor surat, huruf qaf, dan jumlah ayat surat
tersebut. Ini juga berarti tiap huruf sisipan fawatih, merupakan kode sendiri
untuk surat-surat yang berinisial.
a
Huruf
qaf sebagai ayat tersendiri dimuat di surat nomor 42 pada ayat dua,
yaitu asy-Syura yang artinya musyawarah. Sedangkan pada surat
nomor 50 atau Surat Qaf, huruf tersebut bukan ayat tersendiri,
dicantumkan pada permulaan ayat pertama. Jumlah huruf qaf masing-masing
surat adalah 57, atau jumlah seluruhnya 114, sama banyaknya dengan jumlah
surat al-Qur'an.
b
Surat
nomor 42, asy-Syura, terdiri dari 53 ayat. Jumlah nomor surat dan ayatnya 42 +
53 = 95, atau (19 x 5).
c
Surat
nomor 50, Qaf, terdiri dari 45 ayat. Jumlah nomor surat dan ayatnya pun
seimbang, 50 + 45 = 95, atau (19 x 5).
4. Hubungan Basmallah, Nomor Surat dan Jumlah
Ayat
Enkripsi juga ditemukan antara kalimat basmallah
dengan nomor surat dan jumlah ayat-ayat bilangan prima. Sebagaimana diketahui, dari
114 surat terdapat 30 nomor surat yang merupakan bilangan prima dan 32 surat
dengan jumlah ayatnya merupakan bilangan prima. Kalimat basmallah
diketahui memegang peranan yang sangat penting ketika nomor surat maupun ayat-ayatnya
merupakan bilangan prima. Ia menjadi penyeimbang dan pelengkap.
TABEL V
NOMOR SURAT DENGAN
BILANGAN PRIMA & AYAT-AYAT MERUPAKAN BILANGAN PRIMA, JUMLAH KELIPATAN 19
No
|
Nama surat
|
No surat
berupa bilanqan prima |
Jumlah
ayat
bilanqan prima |
1
|
AI-Fatihah (Pembuka)
|
-
|
7
|
2
|
Yunus (Yunus)
|
-
|
109
|
3
|
Ar-Ra' d (Petir)
|
13
|
43
|
4
|
Asy-Syu'ara' (Para
Penyair)
|
-
|
227
|
5
|
AI-Ahzab (Golongan
yang Bersekutu)
|
-
|
73
|
6
|
Yasin
|
-
|
93
|
7
|
Asy-Syura
(Musyawarah)
|
-
|
53
|
8
|
Az-Zukhruf
(Perhiasan)
|
43
|
89
|
9
|
Ad-Dukhan (Asap)
|
-
|
59
|
10
|
AI-Jatsiyah (Yang
Berlutut)
|
-
|
37
|
11
|
AI-Fath (Kemenangan)
|
-
|
29
|
12
|
AI-Hadid (Besi)
|
-
|
29
|
13
|
AI-Mumtahanah
(perempuan yg diuji)
|
-
|
13
|
14
|
AI-Jumu' ah (Jum'at)
|
-
|
11
|
15
|
AI-Munafiqun
(Orang-orang Munafik)
|
-
|
11
|
16
|
AI-Insan (Manusia)
|
-
|
31
|
17
|
AI-Takwir
(Menggulung)
|
-
|
29
|
18
|
AI-Infithar
(Terbelah)
|
-
|
19
|
19
|
Ath-Thariq (Yang
Datang Malam Hari)
|
-
|
17
|
20
|
AI-A' la (Yang
Paling Tiinggi)
|
-
|
19
|
21
|
Adh-Dhuha (Waktu
Matahari Sepenggalah Naik)
|
-
|
11
|
22
|
AI- Alaq (Segumpal Darah)
|
-
|
19
|
23
|
Al-Qadr (Kemuliaan)
|
97
|
5
|
24
|
AI-Adiyat (Kuda Perang yg
Berlari Kencang)
|
-
|
11
|
25
|
AI-Qari' ah
(Kiamat)
|
101
|
11
|
26
|
AI-Ashr (Masa)
|
103
|
3
|
27
|
AI-Fil (Gajah)
|
-
|
5
|
28
|
AI-Ma' -un (Barang-barang yang
Berguna).
|
107
|
7
|
29
|
AI-Kautsar (Nikmat
yang Banyak).
|
-
|
3
|
30
|
AI-Nashr
(Pertolongan).
|
-
|
3
|
31
|
AI-Lahab (Gejotak
Api).
|
-
|
5
|
32
|
AI-Falaq (Waktu
Subuh).
|
113
|
5
|
Ada 7
Basmallah |
1076
|
Jumlah bilangan menjadi :
1076 + 7 = 1083 atau (19 x 57)
Sampai di sini pembaca tentunya dapat
menyimpulkan bahwa pemakaian kalimat basmallah dalam struktur enkripsi
al-Qur'an adalah sebagai pembuka, penyeimbang, dan pelengkap yang melengkapi
jumlah ayat, menyeimbangkan surat dan ayat bentuk bilangan prima, serta sebagai
ayat pembuka setiap surat.
5. Penyebutan Angka-angka
"Segala sesuatu dihitung dengan
teliti satu persatu" termasuk penyebutan angka. Hanya 30 bilangan saja yang disebut
alQur'an, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10,11,12,19, 20, 30, 40, 50, 60,
70, 80, 99, 100, 200, 300, 1.000, 2.000, 3.000, 5.000, 50.000, dan 100.000.
Jumlah angka tersebut 162.146 atau (19 x 8.534).
Ternyata penyebutan angka 30 dalam
al-Qur'an hanya dua kali, yaitu diposisikan pada Surat al-A'raf, "tempat
tinggi”, (QS 7: 142) dan Surat al-Ahqaf, "bukit-bukit pasir", (QS 46:
15). Jika dihitung jumlah digit nomor surat dan nomor ayatnya, maka jumlahnya
adalah 7 + 1 + 4 + 2 + 4 + 6 + I + 5 = 30.
"Dia menghitung segala sesuatu satu
persatu". ( al-Jinn 72 : 28).
Dengan demikian, jelaslah makna menghitung
segala sesuatu, bukan saja amal manusia tetapi juga termasuk penulisan
ayat-ayat al-Qur' an.
Lalu kemudian ada pertanyaan, mengapa
bilangan prima? Khususnya bilangan prima kembar?
Bilangan prima adalah bahasa universal
yang dapat dikomunikasikan antara makhluk-makhluk yang berintelegensia tinggi.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, para ahli matematika mengatakan bahwa ada
hubungan dengan "desain alam semesta".
Dalam pemakaian enkripsi, kodetifikasi
atau proteksi suatu pesan, bila kita memakai angka biasa dari 1 sampai 100,
maka ada enkripsi 100 bilangan. Jika kita pakai bilangan prima, maka hanya
diperlukan enkripsi 25 angka saja. Dari bilangan prima tersebut, kita pakai
bilangan khusus yang disebut prima kembar, maka dari angka 1 sampai 100
terdapat bilangan prima kembar, sebagai berikut: 3 dan 5, 5 dan 7,
11 dan 13, 17 dan 19, 29 dan 31, 41
dan 43, 59 dan 61, terakhir 71 dan 73. Cukup 8 pasang angka saja untuk enkripsi
bilangan dari 1 sampai 100.
6. Angka 19 yang terlihat menonjol
Dalam pernyataan ahli tafsir modern, angka
19 berhubungan dengan kata Wahid dalam al-Qur'an atau berhubungan dengan simbol
ke-Esa-an Tuhan, di mana jumlah nilai gematrikal-nya tiap huruf (wahid) atau
al-jumal adalah 19 juga. Mufasir modern seperti Dr. Tariq mengatakan, W
= 6, A = 1, H' = 8, D = 4, total 19. Dari segi bahasa, kata wahida,
berasal dari kata wahada yang berarti "tak terbilang" atau "awal
dari bilangan". Arti umum adalah "tidak ada bandingannya"
atau "tidak ada yang menyerupainya". Kata Wahid dalam al-Qur'an
disebut 20 kali, tetapi yang berhubungan dengan "Ke-Esa-an Tuhan"
hanya 19 kali. Sisanya 1 kali, menyatakan bilangan yang berarti satu. Dengan
demikian, beberapa mufasir ahli matematika, seperti Dr. Tariq, menyatakan
bahwa angka 19 ini bisa diartikan simbol atau cap ke-Esa-an Tuhan.
Dari sisi struktur bilangan, pola 19 + 1
mengingatkan kita akan struktur asam amino pada DNA manusia: l9 simetris berpasangan
dan 1 asimetris tidak berpasangan.
TABEL VI
TABEL AL- JUMAL, ATAU NILAI GEMATRIK TIAP HURUF ARAB
Alif
(1) |
||||||||
Ya'
|
Ta'
|
Ha'
|
Za
|
Wau
|
Ha'
|
Dal
|
Jim
|
Ba'
|
(10)
|
(9)
|
(8)
|
(7)
|
(6)
|
(5)
|
(4)
|
(3)
|
(2)
|
Qaf
(100) |
Shad
(90) |
Fa'
(80) |
'Ain
(70) |
Sin
(60) |
Nun
(50) |
Mim
(40) |
Lam
(30) |
Kaf
(20) |
Gha
(1.000) |
Za
(900) |
Da
(800) |
Dhal
(700) |
Kna'
(600) |
Tha'
(500) |
Ta'
(900) |
Syin
(300) |
Ra'
(200) |
C. Enkripsi Angka 11 dan 8
Pembaca telah mempelajari struktur (19 +
10) dalam Al Qur’an pada bab-bab sebelumnya, untuk membentuk struktur prima
kembar 29. Pada bab ini, mari kita menjelajah lebih lanjut dengan struktur (11
+ 8) untuk membentuk prima kembar 19. Angka 11 juga merupakan prima kembar dari
pasangan 11 dan 13. Sedangkan angka 8 adalah indeks bilangan prima 19. Pertama-tama
struktur yang paling sederhana adalah enkripsi atau angka-angka kunci pada
nomor ayat yang berhubungan dengan angka 11 dan 8.
Struktur (11 + 8) dan Bilangan 11
Kita telah mempelajari struktur (19 + 10)
pada kalimat basmallah dan 29 surat-surat fawatih, permulaan dengan huruf alif,
lam, mim dan sebagainya. Sekarang, mari kita mengenal lebih dekat struktur (11
+ 8) yang membentuk struktur bilangan prima 19 pada al-Qur' an. Angka 19 dan
angka 8 di dalam Al Qur'an muncul pada Surat al-Muddatstsir (74: 30) dan Surat al-Haqqah (69: 17) - sebelumnya telah
dijelaskan struktur surat ke-19. Kodetifikasi muncul ketika nomor surat dan
nomor ayatnya dijumlahkan:
74 + 30 + 69 + 17 = 190 atau (19 x
10).
TABEL VII
STRUKTUR SURAT DENGAN BILANGAN (11+8)
No
|
Nama surat
|
No surat
|
Nama ayat
|
No
|
Nama surat
|
No surat
|
Nama ayat
|
1
|
AI-Jumu' ah
|
62
|
11
|
6
|
AIam Nasyrah
|
94
|
8
|
2
|
AI-Munafiqun
|
63
|
11
|
7
|
At-Tin
|
94
|
8
|
3
|
Adh-Dhuha
|
93
|
11
|
8
|
AI-Bayyinah
|
94
|
8
|
4
|
Al-'Adiyat
|
100
|
11
|
9
|
Az-Zalzalah
|
94
|
8
|
5
|
AI-Oari' ah
|
100
|
I1
|
10
|
At-Takatsur
|
102
|
8
|
Jumlah
|
-
|
55
|
]umlah
|
40
|
Di sini, kita akan
menemukan beberapa fakta :
Pertama, struktur yang paling sederhana, kombinasi 11 dan 8, di mana terdapat
enkripsi pada 10 surat dari 114 surat al-Qur'an yang mempunyai jumlah ayat 11
dan 8. Kesepuluh surat tersebut terbagi dua: 5 surat masing-masing dengan
jumlah ayat 11 dan sisanya 5 surat masing-masing dengan jumlah ayat 8. Tentu
saja, karena jumlahnya berpasangan, maka jumlah ayat-ayatnya merupakan
kelipatan 19, yaitu 95 atau (19 x 5). Simetris murni, seimbang dan selaras.
Kedua, struktur Asma'ul Husna. AI-Asma'ul Husna (ismi = nama, husna = baik)
adalah nama-nama yang sangat indah dari Allah SWT dan sekaligus mencerminkan
sifat-sifat Tuhan Yang Esa. Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa
di antara 99 nama-nama yang indah, 76 nama terdapat dalam Al Qur'an, sedangkan 23 nama
lagi dalam Hadits. Angka 76 adalah enkripsi dari (4 x 19),
sedangkan angka 23 adalah bilangan prima. Angka 4 berarti bahwa kalimat ini
terulang 4 kali dalam al-Qur'an, sama banyaknya dengan kata Muhammad, dan syari'ah.
Jumlah nama-nama yang indah semuanya 99, atau (9 x 11). Lebih lanjut
akan dijelaskan nanti bahwa angka 11 berhubungan dengan benda-benda di langit:
bulan, bintang dan matahari.
Kalimat al-Asma'ul Husna sendiri ternyata
terdiri dari 11 huruf Arab. Kalimat ini disebutkan
dalam 4 ayat pada 4 surat yang berbeda:
1.
AI-A'raf (QS 7:180)
“Hanya milik Allah Asma'ul Husna, maka bermohonlah kepadan-Nya
dengan menyebut Asma'ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan".
2. Al-Isra' (QS 17:110)
"Katakanlah 'Serulah Allah atau ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asma'ul Husna dan janganlah
kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu' ".
3. Thaha (QS 20:8)
"Dialah Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Dia mempunyai Asma'ul
Husna"
4. Al-Hasyr (QS 59:24)
"Dialah Allah Yang Menentukan, Yang Mengadakan, Yang Menbentuk Rupa, Yang
Mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbihlah kepada-Nya apa yang di langit dan dibumi. Dan
Dialah Yang Maha Perkasa Iagi Maha Bijaksana".
Enkripsi angka 11 yang lebih rumit akan
diketahui bila nomor surat dan nomor ayat tersebut di atas dijumlahkan kemudian
dijajarkan dalam 5 komponen. Jika nomor surat tadi dijajarkan dengan hasil
penjumlahannya, maka bilangan tersebut adalah kelipatan 11:
7172059103 = 11 x 652.005.373
Demikian juga, jika nomor ayat tersebut di
atas disejajarkan dengan jumlah nomornya, maka:
180110824322 = 11 x 16.373.711.302
Ini berarti kalimat al-asma'ul husna hanya
diposisikan pada 4 surat dengan 4 ayat tertentu saja, dengan kodetifikasi angka
11 yang tidak sederhana. Bila tertukar posisinya, maka struktur ini tidak
terjadi.
Ketiga, struktur sederhana Surat Muhammad dengan Surat
al-Muddatstsir. Kedua surat ini, bernomor 47 dan 74, mempunyai ayat 38 dan 56,
sama-sama berjumlah 11 digitnya.
4 + 7 = 7 + 4 = 3 + 8 = 5 + 6 = 11
Sekali lagi, kita diyakinkan adanya
hubungan kodetifikasi antara nama-nama yang indah, Nabi Muhammad saw, seruan
"bagi orang yang berselimut", dan syari'ah. Tetapi bagian yang paling
menarik adalah hubungan angka 11 dengan benda-benda di langit (tunggal), yang
direfleksikan oleh ke-3 Surat an-Najm (Bintang), al-Qamar (Bulan), dan
asy-Syams (Matahari) sedemikian rupa sehingga jumlah ke-3 nomor suratnya
merupakan kelipatan 11.
53 + 54 + 91 = 198 atau (11 x 18).
Bukan suatu kebetulan, benda di langit
pada sistem tata surya kita dikodekan dengan angka 11 dalam al-Qur'an, sama
dengan perbedaan sistem Kalender Matahari dan Kalender Bulan, yaitu 11 hari.
Coba kita perhatikan keterangan NASA tentang sistem kalender.
Salah satu sistem untuk mengukur waktu
yang telah berlalu atau yang akan datang adalah kalender. Sistem kalender satu
tahun terdiri dari 12 bulan. Setiap Kalender Bulan, berdasarkan waktu bulan
mengelilingi bumi adalah 29,53 hari. Karenanya, waktu satu tahun adalah 354,37
hari. Ini tidak sama dengan lamanya waktu dari satu musim ke musim lainnya,
misal "hari pertama musim semi atau dikenal dengan vernal equinox"
ke musim semi berikutnya, yaitu 365,24 hari. Yaitu berbeda 11 hari.
Sedangkan Kalender Matahari, berdasarkan
waktu bumi mengelilingi matahari, dikenal dengan Kalender Julian atau yang
kemudian diperbarui dengan sebutan Kalender Gregorian,
masukan dari astronom bernama Christopher Clavius dari Itali. la menyarankan
aturan khusus untuk menvesuaikan perbedaan dari 365 hari satu tahun dengan
365,24 hari aktual per tahun, yaitu dengan penyesuaian setiap 4 tahun sekali.
Berlaku bagi abad-abad yang berakhir; yang dapat dibagi dengan 400. Dengan
demikian, tahun-tahun di 1800, 1900, dan 2100 tidak ditemukan tanggal 29
Februari. Hanya ada di tahun-tahun 2000 dan 2400. Pengaturan ini memungkinkan
rata-rata Kalender Gregorian hanya berbeda 0,5 menit dengan waktu aktual tiap
tahun, atau dengan tingkat kesalahan 1 hari dalam 3000 tahun sekali.
Berbeda dengan Kalender Islam yang berdasarkan Kalender Bulan.
Dimulai ketika Muhammad saw hijrah ke Medinah pada tahun 622. Kemudian Khalifah
Umar menetapkan hari pertama bulan Muharram sebagai awal tahun Kalender Islam,
yaitu 16 Juli tahun 622. Tiap bulan bergantian 30 dan 29 hari kecuali bulan ke 12,
Dzulhijjah (Dzu al-Hijjah). Ini, menariknya, berhubungan dengan angka 11
dan 19. Supaya tepat dengan aktual waktu fase bulan. 11 tahun siklus
pertama, bulan Dzulhijjah di-set 30 hari, dan 19 tahun kemudian di-set
29 hari. Dengan demikian setahun bisa 354 hari atau 355 hari. Dalam 30 tahun,
lengkaplah satu siklus, rata-rata 354,37 hari.
Jika kodetifikasi angka 11 dalam al-Qur'an merefleksikan perbedaan
sistem kalender dalam tata surya kita, maka, sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, angka 19 juga berhubungan dengan desain alam, fase bulan dan siklus
Meton. Termasuk yang diketahui, lamanya orbit komet Halley mendekati tata surya
setiap 76 tahun sekali atau (4 x 19) tahun. Apa kata sains tentang komet ini:
Tahun
1705, Edmund Halley membuat prediksi dengan rumus Newton bahwa sebuah komet di
tahun 1531, 1607, dan 1682 akan masuk ke sistem tata surya. Kemudian kembali
lagi tahun 1758. Ramalannya tepat. Akhirnya komet tersebut diberi nama dengan
namanya. Orbit komet Halley rata-rata 76 fahun, tergantung dari pengaruh
gravitasi di ruang angkasa. Komet ini muncu! di tahun 1910, dan kembali di
tahun 1986. Penampakan kembali di sekitar tata surya kita akan terjadi di
taltun 2061/2062.
Simak wawancara Michio Kaku tentang Parallcl Universes di BBC
Homepage Science: berhubungan dengan bilangan 11.
Teori-M
mendefinisikan 11 dimensi ruang dan waktu, terdiri dari 70 ruang dan 7
dimensi waktu. Jika kita berbicara quantum parallel universes, maka akan ada
alam yang "mirip" dengan alam semesta kita. Semua dimensi "bergetar"
dan membuat alam semesta kita ikut "bergetar. "Getaran" tersebut
tampak seperti cahaya. Alam semesta manusia berada di 4 dimensi (3 dimensi
ruang dan waktu), sisanya (di luar itu) hyper-space yang terdiri dari 7 lapis
dimensi ruang. Alam semesta yang terdekat hanya berjarak kurang dari 1 mm saja.
Uji coba akan dilakukan di Geneva beberapa tahun mendatang, untuk pengembangan
selanjutnya.
Fenomena di atas memberi gambaran kepada pembaca bahwa pernyataan
pemikir matematika seperti Galileo, studi para ilmuwan, dan Al Qur'an, benar
adanya. Ada korelasi erat antara desain alam semesta, matematika, Kitab Suci
dan manusia. Bilangan prima banyak dipakai sebagai kode unsur alam, di
antaranya anomali planet-planet, garis edar, DNA, unsur kimia, pengaturan atom,
dan kromosom.
D. Besi, Surat Ke-57
Memang aneh tampaknya, dalam pelajaran teologi, nama salah satu
elemen kimia dalam tabel periodik, yaitu besi (Fe = ferrum) bisa menjadi
salah satu judul surat dalam kitab suci agama. Tetapi itulah Al Qur'an.
Sehingga akan muncul pertanyaan, karakter apa yang menarik pada surat ini?
Lalu, mengapa besi dijadikan salah satu nama surat dalam Al Qur'an? Bukankah
emas, misalnya, lebih berharga?
Surat ini turun di antara masa-masa Perang Uhud, pada awal
terbentuknya Negara Islam di Medinah. Oleh karena itu, bisa dipahami jika cukup
banyak ayat yang memerintahkan pembaca untuk menafkahkan harta bagi kepentingan
umum. Nama surat terambil dari kalimat wa anzalnal-hadida, ayat 25. Ayat
seperti ini, menurut tafsir dari Malik Ben Nabi, laksana "kilauan anak
panah" yang menarik perhatian bagi kaum berakal yang diselipkan di antara
pelajaran-pelajaran yang menyangkut ketuhanan.
"
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan/turunkan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka
mempergunakan besi itu), dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong
(agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya
Allah Mahakuat lagi Maha Perkasa." (al-Hadid 57: 25).
Karakter pertama yang menarik perhatian adalah banyak penafsir menggunakan
terjemahan wa ansalnal-hadida dengan "Kami ciptakan besi",
padahal secara intrinksik seharusnya. "Kami turunkan besi",
sebagaimana terjemahan "Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan mizan
(keadilan, keseimbangan, keselarasan, kesepadanan)". Mengapa demikian?
Karena dalam bayangan mufasir klasik, bagaimana caranya besi diturunkan dari
langit? Apakah dijatuhkan begitu saja?
Namun seiring dengan perkembangan waktu, pengetahuan manusia
bertambah. Ilmuwan seperti Profesor Armstrong dari NASA atau Mohamed Asadi
berpandangan bahwa "memang besi diturunkan dari langit". Sains
memberikan informasi kepada kita bahwa besi termasuk logam berat tidak dapat
dihasilkan oleh bumi sendiri. Energi sistem tata surya kita tidak cukup untuk
memproduksi elemen besi. Perkiraan paling baik, energi yang dibutuhkan adalah
empat kali energi sistem matahari kita, dengan demikian besi hanya dapat
dihasilkan oleh suatu bintang yang jauh lebih besar daripada matahari, dengan
suhu ratusan juta derajat Celsius. Kemudian meledak dahsyat sebagai nova atau supernova,
dan hasilnya menyebar di angkasa sebagai meteorit yang mengandung besi,
melayang di angkasa sampai tertarik oleh gravitasi bumi, di awal terbentuknya
bumi miliaran tahun yang lalu.
Karakter kedua, ketika menjelaskan besi "memberikan kekuatan
yang hebat" barangkali pembaca membayangkan senjata pemusnah sekelas
ICBM, Intercontinental Ballistic Missile (peluru kendali antarbenua)
atau senjata pemusnah massal seperti senjata kimia. Tetapi bukan hanya itu.
Nikmat yang paling besar yang diberikan Tuhan kepada umat manusia adalah
"desain bumi". Bumi dan isinya dilindungi oleh Sabuk Van Allen yang
membungkus bumi seolah-olah perisai berbentuk medan elektromagnetik berenergi
tinggi. Perisai dengan "kekuatan hebat" ini tidak dimiliki oleh
planet-planet lain.
Sabuk radiasi yang membentuk energi tinggi, terdiri dari proton dan
elektron, mengelilingi ribuan kilometer di alas bumi, diberi nama Sabuk Van
Allen. Sabuk ini melindungi bumi dan isinya dari ledakan dahsyat energi
matahari yang terjadi setiap 11 tahun sekali yang disebut solar flares.
Ledakan dahsyat ini bila tidak ditahan di angkasa dapat meluluh-lantakkan semua
kehidupan di bumi, dengan kekuatan setara 100 juta bom atom Hiroshima.
Perlindungan juga didapatkan dari serangan badai kosmis yang membahayakan umat
manusia. Sabuk ini terbentuk dari inti bumi yang besar, yaitu terdiri dari besi
dan nikel. Keduanya membentuk medan magnet yang besar, yang tidak dimiliki oleh
planet lain, kecuali planet Merkurius, dengan radiasi yang lebih lemah.
Barangkali kita sekarang paham mengapa besi menempati salah satu
judul surat di dalam al-Qur'an. Inti besi dan nikel "melindungi makhluk
bumi" berupa perisai elektromagnetik dengan "kekuatan yang
hebat". Namun yang terpenting, Al Qur'an ingin menunjukkan kepada pembaca
bahwa besi tidak dapat diproduksi di bumi. Oleh karena itu, ia langsung diturunkan
dari langit untuk dimanfaatkan oleh manusia sesuai dengan ayat 25.
Harap pembaca juga memperhatikan kodetifikasi di alam raya, solar
flares terjadi 11 tahun sekali. Metonic cycle 19 tahun
sekali, komet Halley rata-rata 76 tahun sekali mendekati bumi,
penyesuaian Kalender Lunar mengikuti siklus 11 tahun dan 19
tahun.
Elemen
Berat Besi, Fe-57
Karakter ketiga berhubungan dengan elemen kimia dalam tabel
periodik. Kita tidak mungkin menafsirkan Surat Besi tanpa "membedah"
elemen kimia besi berikut karakterisistiknya, yang berhubungan dengan kata al-
hadid. Tanpa mengenal sifatsifat besi, pembaca tidak akan mengetahui
"keindahan" Surat Besi ini, yang diletakkan pada nomor 57.
Nilai kata atau al-jumal al-hadid adalah 57. Terdiri dari al (31)
dan hadid (26). Tabel al-jumal bisa dilihat pada Tabe15.4.
Alif
= 1, Lam = 30, Ha' = 8, Dal= 4, Ya' = 10, Dal = 4; Al Hadid = 1 + 30 + 8
+ 4 + 10 + 4 = 31 + 26 = 57.
Dengan
hal ini dapat disimpulkan dua fakta :
1. Fakta Pertama
Fakta menunjukkan bahwa besi atau al-hadid mempunyai nilai
(al-juntal) 57, sama dengan nomor suratnya, atau (19 x 3). Kelipatan 19 dengan
koefisien angka 3.
Besi, menurut penelitian Van Krogt seorang ahli elementimologi, telah
lama digunakan sejak zaman prasejarah, 7 generasi sejak Adam as. Besi adalah
salah satu elemen berat, dengan simbol Fe, atau ferrum, yang berarti
"elemen suci" dari kata Iren (Anglo-Saxon). Diberi nama ferrum,
ketika pemerintahan Romawi, kaisar Roma yang bernama Marcus Aurelius dan
Commodus menghubungkan dengan mitos Planet Mars. Ilmu kimia modern mengatakan
bahwa besi atau Fe ini mempunyai 8 isotop, di mana hanya 4 isotop saja yang
stabil, yaitu dengan simbol Fe-54, Fe-56, Fe-57, dan Fe-58 (lihat Tabel 6).
TABEL VIII
ISOTOP BESI
Isotop
|
Waktu Paruh
|
Isotop
|
Waktu Paruh
|
Fe-.52
|
8.3 jam
|
FP-57
|
Stabil
|
Fe-54
|
Stabil
|
Fe-58
|
Stabil
|
Fe-55
|
2.7 tahun
|
Fe-59
|
54.5 hari
|
Fe-56
|
Stabil
|
Fe-60
|
1.500.000 tahun
|
Besi mempunyai nomor atom 26, posisinya terletak di tengah-tengah
tabel periodik. Sedangkan Fe-57, salah satu isotop besi yang stabil mempunyai 31
neutron. Ini berbeda dengan isotop stabil lainnya, misalnya Fe-56 mempunyai 30
neutron dan Fe-58 mempunyai 32 neutron. Fe-57 juga diketahui mempunyai
"ionisasi energi" tingkat ke-3, sebesar 2957 jk/mol (dibulatkan),
energi yang keluar untuk mengubah status Fe+2 ke Fe+3.
Besi sendiri mempunyai 4 tingkatan energi. Itulah mengapa hanya 4 isotop saja
yang stabil. Terakhir yang tidak kalah penting, Fe-57 jdga diketahui mempunyai
massa atom sebesar 56,9354.
2. Fakta Kedua
Begitu kita mengenal
karakterisitik besi, kita mendapat gambaran banyak hal, misalnya:
·
Salah satu isotop besi yang
stabil, Fe-57, mempunyai nomor simbol sama dengan nomor Surat al-Hadid, dan al-jumal
dari al-hadid adalah 57 juga.
·
Besi mempunyai nomor atom 26,
ditunjukkan oleh al-jumal kata hadid.
·
Fe-57 mempunyi elektron 31 buah, ditunjukkan oleh aljumal dari
kata "al".
·
Koefisien 3, dari (19 x
3), ditunjukkan dengan ionisasi tingkat energi ke-3 yang dilepas sebesar 2957
jk/mol. Surat al Hadid yang bernomor surat 57 juga mempunyai ayat berjumlah 29
buah atau kodetifikasi 2957.
·
Peneliti Al Qur'an dari
kelompok Fakir 60 di Amerika Serikat menjelaskan bahwa banyaknya kata dalam
surat ini seluruhnya adalah 574 kata, sedangkan banyaknya kata dari awal surat
sampai dengan ayat ke-25 (kata pertama) adalah 451. Bilangan 574 menunjukkan
"Fe-57 adalah salah satu isotop yang stabil dari 4 isotop yang ada"
atau berarti juga "yang mempunyai 4 tingkatan energi".
·
Bilangan 451, banyaknya kata,
adalah jumlah bilangan nomor simbol kedelapan isotop besi: Fe-52, Fe-54,
Fe-55, Fe56, Fe-57, Fe-58, Fe-58, sampai Fe-60; yaitu 52 + 54 + 55 + 56 + 57+
58 + 59 + 60 = 451.
·
Enkripsi pada keempat isotop
stabil, Fe-54, Fe-56, Fe-57, dan Fe-58 merupakan kelipatan 19 atau: 54565758 = 19
x 2871882
·
Demikian juga massa atom Fe-57,
56.9354 adalah: 569354 = 19 x 29966
·
Bukan suatu kebetulan, jika
nomor surat dan nomor ayat besi (QS 57: 25) ditunjukkan dengan angka 19.
5+7+2+5=19.
·
Bukan pula suatu kebetulan jika
Surat Besi diletakkan di tengah-tengah Al Qur'an, sebagaimana elemen besi nomor
26 terletak di tengah-tengah tabel periodik.
·
Dari sisi matematika, angka 57
dan 29 tergolong ajaib karena angka-angka tersebut merupakan:
57x29= 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 +...+ 57 atau (19 x
87)
Kata "besi" dalam al-Qur'an disebut 9 kali dalam 6 ayat
yang berbeda. Barangkali salah satu keterangan yang menarik dari hal yang
menarik lainnya adalah keterangan yang berhubungan dengan "rahasia"
Dzulkarnain pada Surat al-Kahfi (18:96), yang berarti "gua”. Ayat tersebut
berkisah tentang "pintu besi" yang dibangun oleh Dzulkarnain
"di antara kedua puncak gunung". Suatu saat akan hancur, ketika
kiamat telah dekat. Tanda-tanda kiamat ini menarik perhatian ilmuwan Barat dan
juga Winston Churchill, PM Inggris pada tahun 1940-an. Perhatian para ahli
arkeologi Muslim terletak pada karakter siapa yang pas untuk Dzulkarnain dalam
sejarah? Apakah Raja dari Macedonia (tafsir Yusuf Ali dan Prof. Dr. H. Mahmud
Yunus mengatakan Iskandar Dzulkarnain dari Macedonia, sehingga mengundang
kritikan ahli sejarah, karena tidak pas), Alexander Agung, ataukah Cyrius
Kaisar dari Persia? Sedangkan perhatian Churchill, karena ramalan "perang
besar yang akan terjadi" sebelum dunia kiamat, sebagian tercatat dalam
Kitab Mulia Al Qur'an, dengan versi lain jika dibandingkan dengan Bibel. Lalu
siapakah Gog dan Magog (versi Barat), apakah kaum Kulit Kuning
(Oriental), Hindu, animis, atau Komunis Rusia? Sedangkan al-Qur'an menyebutnya
bangsa Ya'juj dan Ma'juj (al-Kahfi [181:94). Belum diketahui pasti siapa
mereka. Indikasi masa depan, ada berbagai kemungkinan. Namun, satu hal,
tampaknya para arkeolog telah menemukan "Pintu Besi" yang dimaksud
oleh Al Qur'an di Derbent, termasuk dalam wilayah Uni Sovyet dahulu, seperti
tercantum dalam Encyclopedia Columbia, walaupun masih diperdebatkan di kalangan
sejarawan modern, siapa sebenarnya yang membangun pintu besi tersebut,
Alexander Agung ataukah Cyrius?
Encyclopedia Columbia edisi ke-6, mencatat bahwa Derbent ditemukan
pada tahun 438 oleh bangsa Persia sebagai pertahanan yang strategis di Pintu
Besi. Benteng tersebut masih ada dan diberi nama Tembok Kaukasia (Caucasian
Wall) juga disebut Tembok Alexander. Dibangun oleh bangsa Persia (yang
menemukannya) pada abad ke-6, untuk menahan serangan pendatang-pendatang dari
daerah Utara.
Dengan demikian, Surat Besi ini menunjukkan keistimewaannya dengan
berbagai cara, di antaranya adalah besi diturunkan secara intrinsik dari langit
melalui meteorit pada awal terbentuknya bumi, miliaran tahun yang lalu. Besi
diketahui mempunyai kekuatan yang dahsyat: inti besi dan nikel membentuk
perisai medan magnet bumi dengan energi yang luar biasa untuk menahan solar
flares dan badai magnetik angkasa. Sedangkan nomor surat 57 sama dengan al-jumal
dari al-hadid (57). Surat ini juga memperlihatkan karakter Fe-57, salah
satu isotop besi yang stabil. Selain itu, ditunjukkan dengan kodetifikasi nomor
atom (26) dan jumlah elektron (31) yang mengelilingi inti atom besi.
Kodetifikasi surat dan ayat juga ditunjukkan dengan jumlah digit nomor surat
dan ayat besi (al-Hadid 57: 25), yaitu bilangan' 19. Ramalan atau prophecy:
Besi atau Pintu Besi Dzulkarnain diisyaratkan berhubungan dengan salah satu
tanda datangnya kiamat (hancur secara fisik) ketika bangsa yang dinamakan
Ya'juj dan Ma'juj menimbulkan kerusakan di bumi.
E. Perhitungan Kecepatan
Cahaya
Cahaya yang memiliki kelajuan sebesar 299.279,5
km/s dinyatakan sebagai yang tercepat di alam semesta ini. Jika dibandingkan
dengan kecepatan rambat bunyi di udara yang mencapai + 200 km/s ternyata
jauh lebih cepat. Begitu juga dengan perjalanan matahari dengan kecepatan +
120.000 km/s menuju Solar Apex, suatu tempat pada
bidang angkasa yang dekat dengan bintang Vega. Ternyata dibanding dengan
kecepatan lainnya di alam semesta ini, cahayalah yang paling cepat.
Konstanta C (kecepatan
cahaya) pernah diukur oleh berbagai institusi sebagai berikut :
·
US National Bureau Standards
C = 299.792,4574 km/s
·
The British National Physical
Laboratory
C = 299.792,4590 km/s
·
Konferensi ke-17 tentang
Penetapan Ukuran dan Berat Standar
“1 meter adalah jarak
tempuh cahaya dalam ruang vacuum selama jangka waktu 1/299792458 detik”
Selain melalui
perhitungan-perhitungan di atas, juga ternyata di dalam Al Qur’an, suatu kitab
yang diturunkan 14 abad yang lalu dapat digunakan untuk menghitung kecepatan
cahaya. Penemu hitungan ini adalah seorang ahli Fisika dari Mesir bernama DR.
Mansour Hassab ElNaby. Beliau mengambil beberapa ayat dalam Al Qur’an sebagai
berikut:
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan
bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui.” (QS Yunus : 5)
“Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan
siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam
garis edarnya.” (QS Al Anbiya’ : 33)
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi,
Kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu
hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS As Sajdah : 5)
Berdasar ayat-ayat Al Qur’an tersebut di atas, terutama ayat yang terakhir (QS As Sajdah : 5) dapat disimpulkan
bahwa :
Jarak yang dicapai Sang
Urusan selama satu hari sama dengan jarak yang ditempuh bulan selama 1000 tahun
atau dengan kata lain 12.000 bulan. Jika dirumuskan maka akan menjadi :
C x t = 12.000 x L
Keterangan :
C : Kecepatan Sang Urusan
t : Waktu selama 1 hari
L : Panjang rute edar bulan selama 1 bulan
Berbagai sistem kalender telah
diuji, namun “Sistem kalender bulan sidereal” menghasilkan nilai C yang persis
sama dengan nilai C yang sudah diketahui melalui pengukuran. Berikut akan dijelaskan beberapa sistem kalender
bulan, yaitu :
1. Sistem sinodik, adalah sistem kalender bulan yang didasarkan atas penampakan semu
gerak bulan dan matahari dari bumi.
Jika ditulis dalam bahasa matematika, maka :
1 hari = 24 jam
1 bulan = 29,53059 hari
Pada gambar 3, bulan bergerak dari posisi 1 dengan
berputar searah jarum jam mengitari bumi menuju ke posisi 2. Bulan kembali ke posisi semula tepat
pada garis lurus antara matahari dan bumi. Periode ini disebut “satu bulan sinodik”
Gambar 3.
Simulasi gerak revolusi bulan pada sistem sinodik
Keterangan gambar 3 (sistem sinodik) :
1
: Posisi bulan pada hari 1
2
: Posisi bulan pada hari 29,53
2. Sistem sidereal, didasarkan atas pergerakan relatif
bulan dan matahari terhadap bintang dan alam semesta.
1 hari = 23 jam 56 menit 4,0906 detik
= 86.164,0906 detik
1
bulan = 27,321661 hari
Selanjutnya pada gambar 4, rute bulan selama satu bulan sidereal rutenya bukan berupa lingkaran seperti yang
mungkin anda bayangkan melainkan berbentuk kurva yang panjangnya dapat dirumuskan :
L = v . T
Di mana :
v :
kecepatan bulan
T : periode
revolusi bulan, yaitu 27,321661
hari
Gambar 4
Simulasi gerak revolusi bulan pada sistem sidereal
Sebelum kita memasuki perhitungan kecepatan
cahaya, maka perlu diberikan sedikit catatan mengenai tipe kecepatan bulan. Tipe kecepatan bulan dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu :
1. Kecepatan relatif terhadap bumi (Ve), yaitu kecepatan rotasi bulan bila dihitung dari
bumi. Kecepatan ini
bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Di mana
R : jari-jari revolusi bulan
T : periode revolusi bulan
Dalam penelitian lebih lanjut jari-jari revolusi
bulan sama dengan 384.264 km, dan waktu satu kali revolusi bulan adalah sebesar
655,71986 jam. Jika angka-angka ini dimasukkan dalam rumus di atas maka akan
menjadi :
2. Kecepatan relatif terhadap bintang
atau alam semesta, yaitu kecepatan
revolusi bulan dengan membandingkan dengan benda-benda angkasa lainnya. Tipe
kecepatan inilah yang
akan dipakai dalam perhitungan kecepatan
cahaya.
Einstein mengusulkan bahwa kecepatan jenis kedua ini dihitung dengan mengalikan rumus tipe yang pertama dengan cosinus a, sehingga didapatkan rumus :
v
= Ve * Cos a
Dimana a
adalah sudut yang dibentuk oleh revolusi bumi selama satu bulan sidereal (a
= 26,92848o)
Setelah mengetahui tipe kecepatan relatif revolusi
bulan, sistem kalender bulan, dan kita memperoleh beberapa rumus, maka dapat
disusun sebagai berikut:
Rumus dari ayat Al Qur’an : C
x t = 12.000 x L
( Jika dimasukkan rumus L = v x T ) : C
x t = 12.000 x v x T
( Juga dengan rumus v = Ve x Cos a ) : C x t = 12.000 x Ve x Cos a x T
Sehingga dapat diperoleh rumus akhir yaitu :
Cx t = 12.000 x Ve x Cos a x T
Keterangan :
Ve : 3.682,07 km/jam
a : 26,928480
T : 655,71986 jam
t : 86.164,0906 detik
Dan kemudian jika kita ganti semua variabel yang
ada dengan angka-angka yang sudah diketahui maka akan menghasilkan :
Cx t = 12.000 x
Ve x Cos a x T
C x 86.164,0906
= 12.000 x 3.682,07 x Cos 26,92848 x 655,71986
C x 86.164,0906
= 25.831.348.035,086244168
C = 299.792,49888452074219419661582316
C = 299.792,5 km/s
TABEL IX
PERBANDINGAN ANTARA PERHITUNGAN C (KECEPATAN SANG
URUSAN) DENGAN PENGUKURAN KONSTANTA C (KECEPATAN CAHAYA) OLEH BEBERAPA LEMBAGA.
No
|
Jenis Pengukuran
|
Hasil Pengukuran
|
1.
|
Nilai C hasil analisis Al Qur’an
|
C = 299.792,5 km/s
|
2.
|
US National
Bureau Standards
|
C = 299.792,4574
km/s
|
3.
|
The British
National Physical Laboratory
|
C = 299.792,4590
km/s
|
4.
|
Konferensi ke-17
tentang Penetapan Ukuran dan Berat Standar
|
“1 meter adalah
jarak tempuh cahaya dalam ruang vacuum selama jangka waktu 1/299792458 detik”
|
Pada TABEL IX memperlihatkan bahwa nilai C hasil perhitungan
menggunakan analisis terhadap ayat Al Qur’an ternyata sama dengan nilai C yang telah dihitung
oleh lembaga-lembaga lainnya yang dapat dibuktikan keakuratannya.
Perhitungan ini membuktikan keakuratan dan konsistensi nilai
konstanta C hasil pengukuran selama ini dan juga menunjukkan kebenaran Al Qur’anul Karim sebagai
wahyu yang patut dipelajari dengan analisis yang tajam, karena penulisnya
adalah Sang Pencipta Alam Semesta.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian yang sudah dipelajari di atas maka kita dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Al Qur’an tidak mengkhususkan
pembicaraannya pada bangsa khusus serta tidak dikhususkan pada satu waktu
sehingga bersifat universal, abadi dan sempurna.
2.
Banyak ilmu –ilmu yang
ditemukan pada abad ke-20 ternyata sudah tertulis pada Al Qur’an yang
diturunkan pada abad ke-6.
3.
Matematika adalah bahasa Tuhan
ketika akan menciptakan alam semesta karena banyak sekali tempat – tempat di
alam ini yang mengandung unsur matematika.
4.
Struktur ayat dan kata dalam Al
Qur’an diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT. sehingga menjadi susunan yang
indah dan misterius.
5.
Besi diturunkan dari langit
turun ke bumi yang membuat bumi terlindung dari ledakan dahsyat energi matahari
( flares ) yang kekuatannya setara dengan 100 juta bom atom Hiroshima.
6.
Al Qur’an tidak dibuat oleh
manusia, tetapi penulisnya adalah langsung dari Pencipta Alam Semesta Allah
SWT.
B. Saran
Setelah melihat keterangan di atas, maka penulis memberikan saran –
saran sebagai berikut :
1.
Penulis menyarankan kepada
siapapun agat dapat melakukan analisis tajam terhadap kandungan – kandungan
ayat Al Qur’an.
2.
Agar pemerintah membentuk suatu
lembaga khusus yang menyoroti tentang hubungan antara ilmu modern dengan berbagai
pernyataan dalam Al Qur’an.
3.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Khalifa, Rashad. 2006. Keajaiban
19 dalam Al Qur’an. Bandung : Irsyad Baitus Salam.
Muftie, Arifin. 2004. Matematika
Alam Semesta. Bandung : PT Kiblat Buku Utama.
Pasya, Ahmad Fuad. 2004. Dimensi
Sains Al Qur’an. Solo : Tiga Serangkai.
Thabathaba’i, Allamah Muhammad Husein. 1997. Mengungkap Rahasia Al Qur’an. Bandung : Mizan.
Yusuf, Ali Anwar. 2006. Islam
dan Sains Modern. Bandung : CV Pustaka Setia.
www.pakdenono.com
|
0 komentar:
Posting Komentar