MATEMATIKA AL-QUR’AN – PERHITUNGAN ALAM SEMESTA DALAM ALQURAN

Leave a Comment

Penyusun : Muhamad Rusli Ahyar
Tahun : 2008

MATEMATIKA AL-QUR’AN – PERHITUNGAN ALAM SEMESTA DALAM ALQURAN


BAB I
PENDAHULUAN


1.      Alasan Pemilihan Judul
Adapun alasan yang mendorong penulis untuk mengambil judul “Matematika Al Qur’an – Perhitungan Alam Semesta dalam Al Qur’an”, karena sesungguhnya di dalam Al Qur’an terdapat berbagai macam ilmu-ilmu duniawi, baik ilmu alam (Sains), ilmu sosial, maupun ilmu politik. Penulis ingin memberikan sedikit informasi tentang ilmu alam yang ada di dalam Al Qur’an. Tak hanya itu, ternyata di dalam Al Quran terdapat rahasia tentang suatu kodetifikasi yang mengarah kepada kodetifikasi alam semesta yang selama 1400 tahun telah tersembunyi. Berangkat dari kenyataan itulah penulis mengangkat judul tersebut untuk karya tulis ini.

2.      Tujuan Penulisan
Tujuan pokok dari penyusunan karya tulis ini adalah untuk memenuhi salah tugas siswa kelas XI SMA N 1 Kudus sebagai persyaratan kenaikan kelas dari kelas XI ke kelas XII.
Selain tujuan pokok tersebut, penulis juga memiliki tujuan lain dalam penulisan karya tulis ini, yaitu:
1)      Memberi tahu para pembaca bahwa di dalam Al Qur’an selain terdapat petunjuk tentang Agama juga terdapat Mukjizat keilmuan.
2)      Merangsang pembaca untuk mengadakan penelitian berdasarkan tafsir dari ayat-ayat Al Qur’an.
3)      Memberikan informasi kepada pembaca tentang suatu kodetifikasi yang ada di dalam Al Qur’an.

3.      Pembatasan Masalah
Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang angka-angka matematis berbentuk kodetifikasi yang tersembunyi dalam Al Qur’an. Pada bagian tersebut akan dibahas secara detail. Sedangkan mengenai ilmu-ilmu lain yang ada di dalam Al Qur’an, seperti : Biologi, Fisika, dan Astronomi tidak akan dibahas secara detail.



1
 
 


4.      Metode Pengumpulan Data
Adapun metode penyusunan karya tulis yang dilakukan oleh penulis adalah metode pustaka yaitu pengumpulan berbagai macam data dengan cara membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan pembahasan karya tulis ini.

5.      Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah dalam pembahasan dan pemahaman para pembaca terhadap karya tulis ini, maka dibuatlah sistematika sebagai berikut:
BAB I     PENDAHULUAN
Penulis menjabarkan menjadi beberapa sub bab yaitu alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan
BAB II    AL-QUR’AN ADALAH FIRMAN ALLAH
Berisi tentang penjelasan mengenai awal diturunkannya Al Qur’an kepada Nabi Muhammad, penjelasan bahwa Al Qur’an bersifat universal, abadi dan sempurna serta berisi sedikit uraian tentang ilmu pengetahuan dalam Al Qur’an
BAB III  ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QUR’AN.
Merupakan uraian yang berisi beberapa ilmu yang diterangkan dalam Al Qur’an, yaitu : Ilmu Astronomi, Fisika, dan Biologi.
BAB IV  MATEMATIKA DALAM AL-QUR’AN
Uraian utama yang berisi tentang berbagai kodetifikasi dalam Al Qur’an, dimulai dengan pengenalan bilangan prima, kemudian membahas struktur ayat dan kata, enkripsi angka – angka, surat ke Besi, dan perhitungan cahaya dengan AL Qur’an.
BAB V    PENUTUP
Berisi simpulan dan saran dari hasil penjelasan ilmu – ilmu dan kodetifikasi dalam Al Qur’an


BAB II
AL QUR’AN ADALAH FIRMAN ALLAH


A.    AL QUR’AN DITURUNKAN
Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantara Malaikat Jibril. Sebelumnya Allah SWT. telah menurunkan kitab-kitab lain, yaitu: kitab Zabur kepada Nabi Daud as, kitab Taurat kepada Nabi Musa as, dan kitab Injil kepada Nabi Isa as.
Muhammad sebelum menjadi Nabi adalah seorang dari kaum Quraisy yang mempunyai sifat-sifat terpuji. Dia adalah orang yang dapat dipercayai, jujur, berbudi luhur dan mempunyai kepribadian yang tinggi. Tidak ada sesuatu perbuatan dan tingkah lakunya yang tercela yang dapat dituduhkan kepadanya, berlainan sekali dengan tingkah laku dan perbuatan kebanyakan pemuda-pemuda Quraisy yang pada umumnya gemar berjudi dan berfoya-foya.
Ahli sejarah menuturkan bahwa Muhammad sejak kecil hingga dewasa tidak pernah menyembah berhala dan tidak pernah pula memakan daging yang disembelih untuk berhala-berhala seperti lazimnya masyarakat Makkah pada waktu itu. Ia sangat benci dan menjauhkan diri dari upacara-upacara pemujaan terhadap berhala tersebut.
Waktu dalam kehidupannya selalu diisi dengan berkhalwat (mengasingkan diri) untuk mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta. Untuk berkhalwat ini beliau memilih tempat di sebuah gua kecil yang bernama “Hira” yang terdapat di bukit “Jabal Nur”.
Di gua itulah Muhammad mulai mendapat wahyu pertama, yaitu ketika Muhammad tepat berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari menurut tahun Qamariyah atau 39 tahun 3 bulan dan 8 hari menurut tahun Syamsiyah. Sejak saat itu beliau diangkat Allah SWT sebagai nabi. Seorang Nabi akhir zaman yang akan menyempurnakan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Wahyu pertama yang diperoleh Nabi Muhammad saw adalah surat Al ‘Alaq ayat 1-5 yang artinya :


3
 
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al ‘Alaq : 1-5)

Itulah wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Wahyu pertama ini menyuruh manusia untuk membaca, baik membaca tulisan-tulisan yang bermanfaat maupun membaca hikmah-hikmah yang terkandung dalam penciptaan alam semesta ini.

  1. UNIVERSAL, ABADI DAN SEMPURNA
Al-Quran tidak mengkhususkan pembicaraannya kepada bangsa tertentu, seperti bangsa Arab, dan kelompok tertentu, seperti kaum Muslimin. Tetapi ia juga berbicara kepada bukan Muslim, termasuk orang-orang kafir, musyrik, Ahlul Kitab, Yahudi, Bani Israil dan Nasrani. AI-Quran berbicara kepada setiap umat manusia di dunia..
AI-Quran juga berbicara kepada setiap kelompok ini melalui hujah-hujah dan penalaran. Ia tidak pernah mengkhususkan pembicaraannya kepada bangsa Arab saja. Sebagai contoh, mengenai para penyembah ber­hala, ia berkata:
  
"Apabila mereka bertobat, mendirikan salat dan membayar­kan zakat, maka mereka menjadi saudaramu dalam agama." (QS At Taubah :11)

Dan mengenai Ahlul Kitab, ia berkata:
  
"Katakanlah: 'Wahai Ahlul Kitab, marilah menuju kepada keputusan yang sama antara kami dan kamu. Hendaklah kita tidak menyembah kecuali Allah, tidak menyekutukan-Nya, dan sebagi­an kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. “ (QS Ali ‘Imran : 64)

Di sini terlihat bahwa Al-Quran tidak berbicara dengan kata-­kata "apabila orang-orang musyrik Arab bertobat" atau "wahai Ahlul Kitab Arab." Memang, dalam permulaan Islam (ketika dakwah Islam belum tersebar dan keluar dari wilayah Jazirah Arab) pembicaraan-pembicaraan Al-Quran ditujukan kepada bangsa Arab. Namun, sejak tahun keenam Hijrah, setelah dakwah Islam tersebar sampai di luar Jazirah Arab, tidak ada lagi alasan untuk pengkhususan. Di samping ayat-ayat tadi, ada ayat-ayat lain yang menunjukkan universalitas dakwah Islam, seperti firman Allah:
  
“Al-Quran ini diwahyukan kepadaku agar dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang Al-Quran sampai kepadanya." (QS Al An’am : 19)

"Sesungguhnya Al-Quran itu adalah peringatan bagi seluruh alam (bangsa)." (QS. Shaad : 87)

"Sesungguhnya ia (neraka) adalah salah satu bencana yang amat besar, sebagai ancaman bagi manusia. " (QS Al Muddatsir : 35-36)

Al-Quran memuat dan menerangkan tujuan puncak umat manusia dengan bukti-bukti kuat dan sempurna. Dan tujuan itu akan dapat dicapai dengan pandangan realistik terhadap alam, dan dengan melaksanakan pokok-pokok akhlak dan hukum-hukum perbuatan. Al-Quran menggambarkan tujuan ini secara sempurna. Allah berfirman:
  
"Kami menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu." (QS An Nahl : 89)

Al-Quran mengandung kebenaran-kebenaran sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab-kitab samawi yang lain, disertai beberapa tambahan, dan di dalamnya terdapat segala sesuatu yang dibutuhkan manusia dalam perjalanannya mengarungi kehidupan dunia dan akhirat.
Al-Quran adalah sebuah kitab yang abadi di sepanjang zaman. Karena banyak pernyataan dalam Al Qur’an yang terbuktikan oleh penemuan manusia di sepanjang zaman. Al-Quran telah menegaskan kesempurnaan perkataannya:

"Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar perkataan yang pasti, dan bukan merupakan permainan." (QS Ath Thariiq:13-14)

Demikianlah, pengetahuan yang benar itu merupakan hakikat kebenaran. Dasar-dasar akhlak dan hukum-hukum perbuatan yang dijelaskan Al-Quran merupakan hasil dari kebenaran-kebenaran yang telah mapan, tidak akan terjamah kebatilan, serta tak akan musnah di sepanjang zaman.
Tidak diragukan lagi hukum-hukum Al-Quran merupakan hukum yang tetap, abadi dan tidak khusus untuk suatu waktu.

  1. AL QUR’AN DAN ILMU PENGETAHUAN
Al Qur’an merupakan mu’jizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. yang abadi hingga hari kiamat. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. dan Al Quran Ini diwahyukan kepadaku supaya dengan Dia, aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran kepadanya.  (QS Al An’am : 19)

Kemudian muncul pembahasan-pembahasan yang menyoroti kemukjizatan Al Qur’an dari segi balaghah, syariat, pendidikan dan ilmu pengetahuan. Hal ini dimaksudkan untuk menerangkan mukjizat ilmiah dari sisi keabadiannya di tengah-tengah manusia dan sisi kesesuaiannya dengan penemuan-penemuan manusia di berbagai bidang sains dan pengetahuan lain yang berkaitan dengan makna wahyu Allah SWT. Firman Allah :

“...., tetapi Allah mengakui Al Quran yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi. Cukuplah Allah yang mengakuinya. (QS An Nisa’ : 166)

Mengenai ayat ini, Ibnu Katsir mengatakan, “Menurunkannya dengan ilmu pada ayat di atas berarti di dalam Al Qur’an terdapat ilmu yang Dia kehendaki untuk diketahui oleh manusia, seperti ayat-ayat yang jelas (bayinat), petunjuk (huda), pembeda (furqan), hal-hal yang disukai dan tidak disukai Allah, dan ilmu tentang yang gaib (masa lalu dan masa akan datang).
Demikianlah kejelasan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan kandungan ilmu ilahiyah yang dapat diketahui oleh orang arab dan non-arab di segala tempat dan waktu. Kejelasan itu akan terus muncul dan berkembang sepanjang zaman hingga hari kiamat. Oleh karena itu Nabi Muhammad saw. bersabda, “Tidak ada seorang nabi pun kecuali diberikan ayat yang perumpamaannya menentramkan manusia. Tetapi yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan oleh Allah kepadaku. Maka aku berharap akan menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat.” (Bukhari : Fath Al Bari 9/3, Muslim : Kitab Al Imam).
Mengenai hadits ini, Ibnu Hajar mengatakan, “Mukjizat Al Qur’an akan berlangsung hingga hari kiamat. Keluarbiasaan Al Qur’an terdapat dalam gaya dan keindahan bahasanya serta pemberitaannya tentang yang gaib. Tidak ada satu masa pun yang lepas dari Al Qur’an. Dengan demikian, manfaat Al Qur’an menyeluruh, baik kepada orang sekarang, masa lalu maupun yang akan datang.” Oleh karena itu wajar jika dalam tradisi keilmuan Islam muncul pembahasan khusus tentang ilmu-ilmu Al Qur’an yang memelajari ayat-ayat kauniah. Hal ini untuk membuktikan kesesuaian antara fakta ilmiah dengan hal-hal yang telah dinyatakan oleh Al Qur’an.


BAB III
ILMU PENGETAHUAN DALAM AL QUR’AN


A.    Al Qur’an dan Astronomi
Al Qur'an diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang. Ilmuan modern telah menyatakan bahwa awal dari penciptaan alam adalah dengan proses yang dinamakan ledakan besar (big bang). Hal ini didasari oleh penemuan manusia bahwa ruang angkasa yang selalu berkembang. Mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (QS Adz Dzariyat : 47)
Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Dalam konteks ini, kata tersebut digunakan dengan arti luar angkasa atau alam semesta. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.



 


Gambar 1.
Edwin Hubble dengan teleskop besarnya





8
 
 
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.


 





Gambar2.
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.

B.     Al Qur’an dan Fisika
Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur'an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti "besi", kita diberitahu sebagai berikut:

"…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ...." (QS Al Hadiid : 25)

Kata "anzalnaa" dalam bahasa arab yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar. Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan akan bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi", persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur'an diturunkan.


C.    Al Qur’an dan Biologi
Penemuan abad ke-20 telah menemukan bahwa pusat dari gerakan manusia adalah pada bagian otak besar. Ternyata hal ini sesuai dengan apa yang telah diberitakan oleh Al Qur’an pada surat Al ‘Alaq :

"Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka." (QS Al ‘Alaq : 15-16)

Ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" dalam ayat di atas sungguh menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada bagian depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan fungsi bagian ini selama kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al Qur'an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu. Jika kita lihat bagian dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan daerah frontal cerebrum (otak besar).
 Buku berjudul Essentials of Anatomy and Physiology, yang berisi temuan-temuan terakhir hasil penelitian tentang fungsi bagian ini, menyatakan: “Dorongan dan hasrat untuk merencanakan dan memulai gerakan terjadi di bagian depan lobi frontal, dan bagian prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi.
Buku tersebut juga mengatakan: “Berkaitan dengan keterlibatannya dalam membangkitkan dorongan, daerah prefrontal juga diyakini sebagai pusat fungsional bagi perilaku menyerang.”
Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas merencanakan, memberi dorongan, dan memulai perilaku baik dan buruk, dan bertanggung jawab atas perkataan benar dan dusta. Jelas bahwa ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" benar-benar merujuk pada penjelasan di atas. Fakta yang hanya dapat diketahui para ilmuwan selama 60 tahun terakhir ini, telah dinyatakan Allah dalam Al Qur'an sejak dulu.


BAB IV
MATEMATIKA DALAM AL QUR’AN


A.    Matematika dan Bilangan Prima
Bilangan prima adalah dasar dari matematika, termasuk salah satu misteri alam semesta. Tidak pernah terbayangkan oleh manusia sebelumnya, sampai ditemukan bahwa bilangan prima juga merupakan dasar dari kehidupan alam, yang de­ngan usaha keras ingin dijelaskan oleh ilmu ini di dalam sains. Pandangan orang umumnya mengatakan bahwa matematika hanyalah penemuan manusia biasa. Sebaliknya, beberapa pemikir masa lalu seperti: Pythagoras, Plato, Cusanus, Kepler, Leibnitz, Newton, Euler, Gauss, termasuk para revolusioner abad ke-20, Planck, Einstein dan Sommerffeld mengatakan bahwa keberadaan angka dan bentuk geometris merupakan konsep alam semesta dan konsep yang bebas (independent). Galileo sendiri menyatakan bahwa matematika adalah bahasa Tuhan ketika menulis alam semesta.

1.      Bilangan Prima dan Rencana Penciptaan

12
 
Salah satu teka-teki lama yang belum sepenuhnya terpe­cahkan adalah bilangan prima. Bilangan prima adalah bilangan yang hanya dapat habis dibagi oleh bilangan itu sendiri dan angka 1. Bilangan prima adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, .... dan seterusnya. Banyak bilangan prima tidak terhingga. Tidak peduli berapa banyak kita meng­hitung, pasti kita akan menemukan bilangan prima, walaupun mungkin makin jarang. Yang menjadi teka-teki karena bilangan ini tidak dapat dibagi oleh angka lainnya. Salah satu hal yang menakjubkan, dalam era komputer kita memberi­kan kodetifikasi semua hal yang penting dan rahasia, di bank, asuransi, dan perhitungan-perhitungan peluru kendali, sistem keamanan dengan enkripsi, dalam angka jutaan bilangan-bilangan yang tidak habis dibagi oleh angka lainnya. Ini diperlukan ka­rena dengan penggunaan angka lain, kodetifikasi tadi dapat dengan mudah ditembus. Fenomena inilah yang ditemukan il­muwan dari Duesseldorf (Dr. Plichta), sehubungan dengan pen­ciptaan alam, yaitu distribusi misterius bilangan prima.
Para ilmuwan sudah lama mengatakan bahwa bilangan prima adalah bahasa universal yang dapat dimengerti oleh semua makhluk (spesies) berintelegensi tinggi, sebagai komunikasi dasar antarmereka. Bahasa ini penuh misteri karena berhubung­an dengan perencanaan universal kosmos.
Bilangan lain yang perlu diketahui adalah sisa dari bilangan prima, yakni bilangan komposit, kecuali angka 1, yaitu 4, 6, 8, 9,10,12,14,15, .... dan seterusnya. Dengan kata lain, bilangan komposit adalah bilangan yang terdiri dari minimal dua faktor prima.
Misalnya :
6    = 2 x 3         = 2 . 3
30  = 2 x 3 x 5    = 2 . 3 . 5
85  = 5 x 17        = 5 . 17

Selain itu, dikenal bilangan prima kembar, yaitu bilangan prima yang angkanya berdekatan dengan selisih 2. Misalnya : (3,5), lalu (5,7), lalu (11,13), lalu (17,19), lalu (29,37), dan seterusnya.

TABEL I
BILANGAN PRIMA SAMPAI DENGAN INDEKS KE-120
2
3
5
7
11
13
17
19
23
29
31
37
41
43
47
53
59
61
67
71
73
79
83
89
97
101
103
107
109
113
127
131
137
139
149
151
157
163
167
173
179
181
191
193
197
199
211
223
227
229
233
239
241
251
257
263
269
271
277
281
283
293
307
311
313
317
331
337
347
349
353
359
367
373
379
383
389
397
401
409
419
421
431
433
439
443
449
457
461
463
467
479
487
491
499
503
509
521
523
541
547
557
563
569
571
577
587
593
599
601
607
613
617
619
631
641
643
647
653
659
Catatan : Angka-angka yang dicetak tebal; angka yang muncul dalam struktur al-Qur'an.

Mayoritas ahli astrofisika menyatakan bahwa di alam se­mesta terdapat "kode kosmos" yang dikenal sebagai Theory of Everything (TOE), yang artinya terdapat konstanta-konstanta alam semesta yang saling berhubungan berdasarkan perintah pendesain. Sekali perintah tersebut dapat dipecahkan, maka hal ini akan membuka pandangan sains lainnya yang berhubungan.

2.      Bilangan Prima 19
Salah satu angka yang dipandang misterius atau unik adalah angka 19. banyak peneliti yang telah lama memikirkannya, tetapi struktur komplek ini tetap juga belum diketahui jawabannya.
TABEL II
STRUKTUR BILANGAN PRIMA 19 DENGAN KOMBINASI (10+9) & INDEKS ANGKA 8
Bilangan biasa
Bilangan ganjil
Bilangan genap
Bilangan prima
1
1
-
-
2
-
2
2
3
3
-
3
4
-
4
-
5
5
-
5
6
-
6
-
7
7
-
7
8
-
8
-
9
9
-
-
10
-
10
-
11
11
-
11
12
-
12
-
13
13
-
13
14
-
14
-
15
15
-
-
16
-
16
-
17
17
-
17
18
-
18
-
19
19
-
19
Keterangan
10 angka
9 angka
8 angka
Tabel tersebut sengaja ditampilkan sebagi pengenalan awal, karena dalam al-Qur'an banyak digunakan struktur (10 + 9), atau kombinasi (11 + 8) dalam bilangan prima 19.

3.      Angka 19 dan 81
Dr. Peter Plichta ahli kimia dan matematika dari Jerman menyatakan bahwa, semua formula matematika dan angka-angka berhubungan dengan dua kutub matematika alam semesta ini. Angka 81 spesifik karena melengkapi angka 19, (19 + 81= 100). Jumlah angka-angka tersebut adalah 19:
1 + 9 + 8 + 1 =19.

Bila kita analisis sedikit lebih lanjut, terdapat hubungan angka-angka tersebut dengan cara:
1:19 = 0,0526315789473684210526
Angka yang berulang secara periodik, berulang dengan sendirinya tepat pada digit ke-19 sesudah koma dan jika angka-angka tersebut kita jumlahkan maka hasilnya (0 + 0 + 5 + 2 + 6 + 3 + 1 + 5 + 7 + 8 + 9 + 4 + 7 + 3 + 6 + 8 + 4 + 2 + 1) adalah 81 !

Sekarang:
1 : 81 = 0,012345679 ....
Di sini terlihat angka 8 terlewati, padahal angka lain muncul secara periodik.

Hilangnya angka 8 adalah ilusi, dan nilai resiprokal angka 81 adalah "alamiah", menghasilkan satu seri sistem desimal bilangan 0,1,2, .... dan seterusnya; dan sistem itu bukan buatan manusia. Tetapi mengapa angka 8, bukan angka lainnya, yang "hilang"? Hal ini karena angka 8 berhubungan dengan angka 19. Bilangan prima ke-8 adalah 19.
Dalam budaya Cina kuno, angka 8 melambangkan yat kwa, delapan penjuru angin, jalan menuju ke harmoni (keseimbangan kehidupan) dengan alam sekelilingnya. Dalam Al Qur'an, angka 8 merupakan jumlah malaikat, yang menjunjung 'Arsy (Kursi, Singgasana), mengatur keseimbangan 'Arsy, yang bermakna power and authority dominion, baik sebelum maupun saat Kiamat. Sebagian mufasir, seperti Mu­hammad Abdul Halim, menerjemahkan 'Arsy dengan "Majelis Langit" atau "Wilayah Pemerintahan Kosmos". Wilayahnya tidak terbatas, "di bawah 'Arsy terdapat (unsur) air". Berlimpah unsur hidrogen, elemen kimia yang paling ringan dari unsur air, H2O. Jauh lebih luas dari alam semesta yang diketahui.

4.      Komunikasi Interstellar
Para pemikir sains, seperti Galileo, Euclid, telah lama mengatakan bahwa bilangan prima adalah bilangan universal yang diyakini merupakan bahasa alam semesta, bilangan yang ada hubungannya dengan desain kos­mos dan dalam operasionalnya banyak dipakai manusia untuk security system ( kodetifikasi ) enkripsi. Termasuk kemungkin­an untuk komunikasi interstellar, antargalaksi dan komunikasi dengan ETI (Extra-Terrestrial Intelligent).
Pesan berkode dari Frank Drake, penemu kriptogram, dikirimkan kepada para ilmuwan dalam upaya mengatasi kesu­litan menemukan arti sinyal artificial extraterrestrial (datang dari luar angkasa, tidak dikenal). Pesan tersebut terdiri dari 1271 garis (1271 adalah bilangan prima), angka 1 dan nol (atau bit). Kunci kode dikenali karena 1271 adalah hasil kali dua bilangan prima 31 dan 41, sehingga informasi dapat diperlihatkan de­ngan 41 garis dengan 31 bit tiap garis atau 31 garis dengan 41 bit tiap garis. Bernard Oliver salah satu penerima sinyal dari Frank Drake, sesama ilmuwan, akhirnya dapat memecahkan kode tersebut. Di mana penemuan ini memberikan prospek komunikasi antara makhluk-makhluk di alam semesta dengan bahasa yang sama. Kriptogram Frank Drake dapat memecahkan kesulitan komunikasi antargalaksi dengan makhluk berinteligensia tinggi lainnya atau ETI.
 Faktanya, para astronom dan ilmuwan matematika mengatakan bahwa bilangan biner dan bilangan prima adalah dasar dari komunikasi di alam semesta.
Usaha pertama untuk menghubungi makhluk angkasa luar (SETI) terdiri dari pesan yang diarahkan ke gugus bintang (al­Buruj) M-13 pada tanggal 16 November 1974, melalui Arecibo radio teleseoye. Pesan Arecibo singkat, hanya 1679 bits informasi, dikenali karena merupakan hasil perkalian bilangan prima 23 dan 73. Disusun 73 baris di mana setiap baris terdiri dari 23 karakter biner, "1" dan "0". lnformasi memuat nomor atom elemen biologi yang membentuk senyawa DNA, lokasi bumi dalam tata surya, ukuran dan jumlah manusia di bumi, angka 1 sampai 10, dan deskripsi dari teleskop yang digunakan. Pesan ini ditransmisikan dari bumi ke galaksi lain dengan jarak 25 ribu tahun cahaya.

B.     Struktur Ayat dan Kata
Struktur kodetifikasi, enkripsi, bukan saja di tingkat surat dan ayat, tetapi juga sampai tingkatan ayat, kata-kata, dan huruf. Al-Qur'an menyajikan puluhan, bahkan ratusan, struktur yang sangat bervariasi dari berbagai tingkatan. Namun semua­nya tidak lepas dari bilangan prima dan prima kembar seperti 29 dan 31.

1.      Kalimat Basmallah
Setiap surat berisikan sejumlah ayat yang dalam bahasa Arab dikenal sebagai ayah atau "tanda kekuasaan Allah". Secara struktur, ia berhubungan dengan 29 surat berinisial dengan bentuk (10 + 19). Kalimat ini dikenal pula dengan kalimat basmallah. Ia mempunyai 4 kata dan 19 huruf Arab yang tersusun secara sistematis, yang artinya,"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". Bilangan disusun selain berhubungan dengan angka 19 juga berhubungan dengan angka bilangan prima 29.
Sejak awal, dalam kalimat basmallah, kata bismi ditulis tanpa huruf alif sebagaimana halnya pada kata yang sama pada awal Surat al-A'la (Iqra'), menurut Al Qurtubi (w. 671 H), atas dasar alasan praktis. Namun az-Zarkasyi (w. 794 H) mengatakan bahwa tata cara penulisan al-Qur'an mempunyai rahasia-rahasia tertentu. Pernyataan tersebut memang benar, sebab bila ditulis dengan huruf alif, kalimat basmallah menjadi 20 huruf, bukan 19 huruf
Di bawah ini ringkasan kalimat basmallah yang diatur berdasarkan kata dan huruf Arab. Perlu diketahui, semua perhitungan jumlah kalimat, kata, dan huruf mengacu pada penyelidikan oleh para sarjana dan penemuannya telah di dokumentasikan dalam beberapa buku klasik. Referensi yang digunakan adalah buku yang berjudul “Indek Kata-Kata dalam Al Qur’an karya M. Fuad ‘Abdul Baqi. Semua angka yang disebutkan dalam karya tulis ini ditemukan secara bebas dengan alat komputer, juga ada dalam buku lainnya. Sehingga angka-angka tersebut tidak dapat diragukan kebenarannya.
Dalam kalimat basmalah, jumlah nomor katanya adalah 1 + 2 + 3 + 4 = 10, sedangkan jumlah huruf adalah 19. Jumlah total nomor kata dan huruf adalah (10 + 19) = 29. Di mana bilangan prima ke-10 adalah 29.
TABEL III
KALIMAT BASMALLAH DENGAN STRUKTUR 29 DAN 19
Jumlah  No
Arab
Indonesia
Jumlah Huruf
1
Bism
Dengan nama
3
2
Allah
Allah
4
3
AI-Rahman
Yang Maha Pengasih
6
4
AI-Rahim
Maha Penyayang
6
10
Total
Total
19

Angka 1 adalah nomor kata dan angka 3 adalah jumlah huruf kata pertama, seterusnya angka 2 adalah nomor kata, dan 4 adalah jumlah huruf kata kedua, demikian sete­rusnya. Perhatikan berikutnya :

1 3 2 4 3 6 4 6           =   19 x 697034   = 19 x 19 x 36686 dan, ....
1+3+2+4+3+6+4+6  = 6+9+7+0+3+4  =     3+6+6+8+6    = 29 !

Kemungkinan suatu kalimat, yang jumlah nomor kata dan hurufnya 29 merupakan kelipatan 19, dengan jumlah bilangan hasil baginya juga 29 adalah kecil sekali, hampir tidak ada. Dengan demikian, bisa dipahami bila Al ­Qur'an dalam pengajarannya menantang manusia dan jin untuk membuat satu ayat yang menyerupainya. Bukan saja dari sisi bahasa, arti, dan maknanya, tetapi juga dari komposisi matematisnya.
Kalimat basmallah dalam Al Qur'an berjumlah 114 atau (6 x 19). Tiap surat memuat kalimat pembuka basmallah, kecuali Surat at-Taubah nomor 9. Surat ini tidak memiliki kalimat pembuka basmallah. Tetapi dalam surat ke-27, Surat an-Naml, yang artinya semut, terdapat dua kalimat basmallah, satu lagi di ayat nomor 30. Perhatikan, jumlah surat dari 9 ke nomor 27 adalah 19 surat. Lebih lanjut, bila angka 9 dijumlah sampai dengan angka 27, kita dapatkan:

9+10+11+12+13+14+15+....+27=342; atau (19 x 18)
Surat at-Taubah adalah satu-satunya surat yang tidak mempunyai kalimat basmallah yang bernomor 9. Kita lihat: jumlah 3 + 4 + 2 = 9, sama dengan jumlah (1 + 8).

2.      Penempatan Nomor Surat dengan Huruf Qaf
Inisial huruf qaf dalam Al Qur' an sangat spesifik. Ia berhu­bungan dengan kata Qur'an yang disebut 57 kali atau (19 x 3) dalam Al Qur'an. Elarbi Bouqdib menemukan susunan yang dikategorikan sebagai sistem parity check. Huruf qaf dipakai untuk proteksi nama surat dan penempatan surat supaya tidak tertukar. Ia dipakai untuk pengawasan paritas pada surat-­surat tertentu yang berhubungan dengan jumlah ayat, dan banyaknya huruf.
Dari 114 nama surat terdapat 20 surat yang memakai huruf qaf. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 5.2.
TABEL  IV
STRUKTUR NAMA SURAT YANG MEMAKAI HURUF QAF, 20 SURAT
No
Nama surat
No surat
No
Nama surat
No surat
1
AI-Baqarah (Pembukaan)
2
11
AI-Qalam (Pena)
68
2
Al-Furqan (Pembeda)
25
12
AI-Haqqah (Hari Kiamat)
69
3
AI-Qashash (Cerita-cerita)
28
13
AI-Qiyamah (Hari Kiamat)
75
4
Luqman
31
19
AI-Insyiqaq (Terbelah)
84
5
AI-Ahqaf (Bukit-bukit Pasir)
46
15
Ath-Thariq (Yang Datang Malam Hari).
86
6
Qaf
50
16
AI-'Alaq Segumpal Darah)
96
7
AI-Qamdr (Bulan)
54
17
AI-Qadar (Kemuliaan)
97
8
Al-Waqi' ah (Hari Kiamat)
56
18
Al-Qari' ah (Han Kiamat)
101
9
AI-Munafiqun (Orang-orang Munafik)
63
19
Quraisy (Suku Quraisy)
106
10
Ath-Thalaq (Talak)
65
20
AI-Falaq (Waktu Subuh).
113

Kodetifikasi huruf qaf ini diketahui bila kita menjumlahkan tiap digit nomor surat tersebut di atas. Jumlahnya: 2 + 2 + 5 + 2 + 8 + 3 + 1 + 4 + 6 + 5 + 0 + 5 + 4 + 5 + 6 + 6 + 3 + 6 + 5 + 1 + 0 + 6 + 1 + 1 + 3 = 190, atau (19x10).
Peneliti lain menemukan dari 20 nama surat tersebut terdapat 4 surat yang "ter-enkripsi' bernomor bilangan prima: 31, 97, 101, 113. Jumlah nomor surat tersebut adalah 31 + 97 + 101 + 113 = 342 atau (19 x 18). Artinya 20 surat ini hanya bisa menem­pati posisi nomor tertentu, dengan nama surat yang spesifik seperti di atas. Dikunci lagi dengan 4 surat harus bilangan prima, yang jumlahnya pun kelipatan 19. Kode bertingkat ini dikunci lagi dengan kaidah struktur ketiga, yaitu pembagian surat homogen dan heterogen, yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Lengkap sudah, nama dan jumlah surat, nomor surat, jumlah ayat tiap surat, posisi ayat, terstruktur tidak boleh ber­ubah.

3.      Penempatan Qaf dengan Nomor Surat dan Jumlah Ayat
Inisial huruf qaf juga menunjukkan kodetifikasi hubungan nomor surat, huruf qaf, dan jumlah ayat surat tersebut. Ini juga berarti tiap huruf sisipan fawatih, merupakan kode sendiri untuk surat-surat yang berinisial.
a         Huruf qaf sebagai ayat tersendiri dimuat di surat nomor 42 pada ayat dua, yaitu asy-Syura yang artinya musyawarah. Sedangkan pada surat nomor 50 atau Surat Qaf, huruf tersebut bukan ayat tersendiri, dicantumkan pada permulaan ayat pertama. Jumlah huruf qaf masing-masing surat adalah 57, atau jumlah seluruhnya 114, sama banyak­nya dengan jumlah surat al-Qur'an.
b        Surat nomor 42, asy-Syura, terdiri dari 53 ayat. Jumlah no­mor surat dan ayatnya 42 + 53 = 95, atau (19 x 5).
c         Surat nomor 50, Qaf, terdiri dari 45 ayat. Jumlah nomor surat dan ayatnya pun seimbang, 50 + 45 = 95, atau (19 x 5).

4.      Hubungan Basmallah, Nomor Surat dan Jumlah Ayat
Enkripsi juga ditemukan antara kalimat basmallah dengan nomor surat dan jumlah ayat-ayat bilangan prima. Sebagaimana diketahui, dari 114 surat terdapat 30 nomor surat yang merupakan bilangan prima dan 32 surat dengan jumlah ayatnya merupakan bilangan prima. Kalimat basmallah diketahui memegang peranan yang sangat penting ketika nomor surat maupun ayat-ayatnya merupakan bilangan prima. Ia menjadi penyeimbang dan pelengkap.

TABEL  V
NOMOR SURAT DENGAN BILANGAN PRIMA & AYAT-AYAT MERUPAKAN BILANGAN PRIMA, JUMLAH KELIPATAN 19
No
Nama surat
No surat
berupa bilanqan
prima
Jumlah ayat
bilanqan
prima
1
AI-Fatihah (Pembuka)
-
7
2
Yunus (Yunus)
-
109
3
Ar-Ra' d (Petir)
13
43
4
Asy-Syu'ara' (Para Penyair)
-
227
5
AI-Ahzab (Golongan yang Bersekutu)
-
73
6
Yasin
-
93
7
Asy-Syura (Musyawarah)
-
53
8
Az-Zukhruf (Perhiasan)
43
89
9
Ad-Dukhan (Asap)
-
59
10
AI-Jatsiyah (Yang Berlutut)
-
37
11
AI-Fath (Kemenangan)
-
29
12
AI-Hadid (Besi)
-
29
13
AI-Mumtahanah (perempuan yg diuji)
-
13
14
AI-Jumu' ah (Jum'at)
-
11
15
AI-Munafiqun (Orang-orang Munafik)
-
11
16
AI-Insan (Manusia)
-
31
17
AI-Takwir (Menggulung)
-
29
18
AI-Infithar (Terbelah)
-
19
19
Ath-Thariq (Yang Datang Malam Hari)
-
17
20
AI-A' la (Yang Paling Tiinggi)
-
19
21
Adh-Dhuha (Waktu Matahari Sepenggalah Naik)
-
11
22
AI- Alaq (Segumpal Darah)
-
19
23
Al-Qadr (Kemuliaan)
97
5
24
AI-Adiyat (Kuda Perang yg Berlari Kencang)
-
11
25
AI-Qari'  ah (Kiamat)
101
11
26
AI-Ashr (Masa)
103
3
27
AI-Fil (Gajah)
-
5
28
AI-Ma' -un (Barang-barang yang Berguna).
107
7
29
AI-Kautsar (Nikmat yang Banyak).
-
3
30
AI-Nashr (Pertolongan).
-
3
31
AI-Lahab (Gejotak Api).
-
5
32
AI-Falaq (Waktu Subuh).
113
5

Ada 7
Basmallah

1076

Jumlah bilangan menjadi :
1076 + 7 = 1083 atau (19 x 57)

Sampai di sini pembaca tentunya dapat menyimpulkan bahwa pemakaian kalimat basmallah dalam struktur enkripsi al-Qur'an adalah sebagai pembuka, penyeimbang, dan peleng­kap yang melengkapi jumlah ayat, menyeimbangkan surat dan ayat bentuk bilangan prima, serta sebagai ayat pembuka setiap surat.

5.      Penyebutan Angka-angka
"Segala sesuatu dihitung dengan teliti satu persatu" termasuk penyebutan angka. Hanya 30 bilangan saja yang disebut al­Qur'an, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10,11,12,19, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 99, 100, 200, 300, 1.000, 2.000, 3.000, 5.000, 50.000, dan 100.000. Jumlah angka tersebut 162.146 atau (19 x 8.534).
Ternyata penyebutan angka 30 dalam al-Qur'an hanya dua kali, yaitu diposisikan pada Surat al-A'raf, "tempat tinggi”, (QS 7: 142) dan Surat al-Ahqaf, "bukit-bukit pasir", (QS 46: 15). Jika dihitung jumlah digit nomor surat dan nomor ayat­nya, maka jumlahnya adalah 7 + 1 + 4 + 2 + 4 + 6 + I + 5 = 30.

"Dia menghitung segala sesuatu satu persatu". ( al-Jinn 72 : 28).

Dengan demikian, jelaslah makna menghitung segala sesuatu, bukan saja amal manusia tetapi juga termasuk penulisan ayat-ayat al-Qur' an.
Lalu kemudian ada pertanyaan, mengapa bilangan prima? Khususnya bilangan prima kembar?
Bilangan prima adalah bahasa universal yang dapat dikomunikasikan antara makhluk-makhluk yang berintelegen­sia tinggi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, para ahli matematika mengatakan bahwa ada hubungan dengan "desain alam semesta".
Dalam pemakaian enkripsi, kodetifikasi atau proteksi suatu pesan, bila kita memakai angka biasa dari 1 sampai 100, maka ada enkripsi 100 bilangan. Jika kita pakai bilangan prima, maka hanya diperlukan enkripsi 25 angka saja. Dari bilangan prima tersebut, kita pakai bilangan khusus yang disebut prima kem­bar, maka dari angka 1 sampai 100 terdapat bilangan prima kembar, sebagai berikut: 3 dan 5, 5 dan 7, 11 dan 13, 17 dan 19, 29 dan 31, 41 dan 43, 59 dan 61, terakhir 71 dan 73. Cukup 8 pasang angka saja untuk enkripsi bilangan dari 1 sampai 100.

6.      Angka 19 yang terlihat menonjol
Dalam pernyataan ahli tafsir modern, angka 19 berhubungan dengan kata Wahid dalam al-Qur'an atau berhubungan dengan simbol ke-Esa-an Tuhan, di mana jumlah nilai gematrikal-nya tiap huruf (wahid) atau al-jumal adalah 19 juga. Mufasir modern seperti Dr. Tariq mengatakan, W = 6, A = 1, H' = 8, D = 4, total 19. Dari segi bahasa, kata wahida, berasal dari kata wahada yang berarti "tak terbilang" atau "awal dari bilangan". Arti umum adalah "tidak ada bandingannya" atau "tidak ada yang menyerupainya". Kata Wahid dalam al-Qur'an disebut 20 kali, tetapi yang berhubungan dengan "Ke-Esa-an Tuhan" hanya 19 kali. Sisanya 1 kali, menyatakan bilangan yang berarti satu. Dengan demikian, beberapa mufasir ahli matematika, seperti Dr. Tariq, menyatakan bahwa angka 19 ini bisa diartikan simbol atau cap ke-Esa-an Tuhan.
Dari sisi struktur bilangan, pola 19 + 1 mengingatkan kita akan struktur asam amino pada DNA manusia: l9 simetris ber­pasangan dan 1 asimetris tidak berpasangan.

TABEL VI
TABEL AL- JUMAL, ATAU NILAI GEMATRIK TIAP HURUF ARAB








Alif
(1)
Ya'
Ta'
Ha'
Za
Wau
Ha'
Dal
Jim
Ba'
(10)
(9)
(8)
(7)
(6)
(5)
(4)
(3)
(2)
Qaf
(100)
Shad
(
90)
Fa'
(80)
'Ain
(70)
Sin
(
60)
Nun
(50)
Mim
(
40)
Lam
(30)
Kaf
(20)
Gha
(1.000)
Za
(900)
Da
(800)
Dhal
(700)
Kna'
(600)
Tha'
(500)
Ta'
(900)
Syin
(300)
Ra'
(200)

C.    Enkripsi Angka 11 dan 8
Pembaca telah mempelajari struktur (19 + 10) dalam Al Qur’an pada bab-bab sebelumnya, untuk membentuk struktur prima kembar 29. Pada bab ini, mari kita menjelajah lebih lanjut dengan struktur (11 + 8) untuk membentuk prima kembar 19. Angka 11 juga merupakan prima kembar dari pasangan 11 dan 13. Sedangkan angka 8 adalah indeks bilangan prima 19. Pertama-tama struktur yang paling sederhana adalah enkripsi atau angka-angka kunci pada nomor ayat yang berhubungan dengan angka 11 dan 8.

Struktur (11 + 8) dan Bilangan 11
Kita telah mempelajari struktur (19 + 10) pada kalimat basmallah dan 29 surat-surat fawatih, permulaan dengan huruf alif, lam, mim dan sebagainya. Sekarang, mari kita mengenal lebih dekat struktur (11 + 8) yang membentuk struktur bilangan prima 19 pada al-Qur' an. Angka 19 dan angka 8 di dalam Al Qur'an muncul pada Surat al-Muddatstsir (74: 30) dan Surat al-Haqqah (69: 17) - sebelumnya telah dijelaskan struktur surat ke-19. Kodetifikasi muncul ketika nomor surat dan nomor ayatnya dijumlahkan:

74 + 30 + 69 + 17 = 190 atau (19 x 10).





TABEL VII
STRUKTUR SURAT DENGAN BILANGAN (11+8)
No
Nama surat
No surat
Nama ayat
No
Nama surat
No surat
Nama ayat
1
AI-Jumu' ah
62
11
6
AIam Nasyrah
94
8
2
AI-Munafiqun
63
11
7
At-Tin
94
8
3
Adh-Dhuha
93
11
8
AI-Bayyinah
94
8
4
Al-'Adiyat
100
11
9
Az-Zalzalah
94
8
5
AI-Oari' ah
100
I1
10
At-Takatsur
102
8

Jumlah
-
55

]umlah

40


Di sini, kita akan menemukan beberapa fakta :
Pertama, struktur yang paling sederhana, kombinasi 11 dan 8, di mana terdapat enkripsi pada 10 surat dari 114 surat al-Qur'an yang mempunyai jumlah ayat 11 dan 8. Kesepuluh surat tersebut terbagi dua: 5 surat masing-masing dengan jumlah ayat 11 dan sisanya 5 surat masing-masing dengan jumlah ayat 8. Tentu saja, karena jumlahnya berpasangan, maka jumlah ayat-ayatnya merupakan kelipatan 19, yaitu 95 atau (19 x 5). Simetris murni, seimbang dan selaras.
Kedua, struktur Asma'ul Husna. AI-Asma'ul Husna (ismi = nama, husna = baik) adalah nama-nama yang sangat indah dari Allah SWT dan sekaligus mencerminkan sifat-sifat Tuhan Yang Esa. Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa di antara 99 nama-nama yang indah, 76 nama terdapat dalam Al Qur'an, sedangkan 23 nama lagi dalam Hadits. Angka 76 adalah enkripsi dari (4 x 19), sedangkan angka 23 adalah bilangan prima. Angka 4 berarti bahwa kalimat ini terulang 4 kali dalam al-Qur'an, sama banyaknya dengan kata Muhammad, dan syari'ah. Jumlah nama-nama yang indah semuanya 99, atau (9 x 11). Lebih lanjut akan dijelaskan nanti bahwa angka 11 berhubungan dengan benda-benda di langit: bulan, bintang dan matahari.

Kalimat al-Asma'ul Husna sendiri ternyata terdiri dari 11 huruf Arab. Kalimat ini disebutkan dalam 4 ayat pada 4 surat yang berbeda:




1.      AI-A'raf (QS 7:180)
“Hanya milik Allah Asma'ul Husna, maka bermohonlah kepadan-Nya dengan menyebut Asma'ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan".

2.      Al-Isra' (QS 17:110)
"Katakanlah 'Serulah Allah atau ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asma'ul Husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu' ".

3.      Thaha (QS 20:8)
"Dialah Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Dia mempunyai Asma'ul Husna"

4.      Al-Hasyr (QS 59:24)
"Dialah Allah Yang Menentukan, Yang Mengadakan, Yang Menbentuk Rupa, Yang Mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbihlah kepada-Nya apa yang di langit dan dibumi. Dan Dialah Yang  Maha Perkasa Iagi Maha Bijaksana".

Enkripsi angka 11 yang lebih rumit akan diketahui bila nomor surat dan nomor ayat tersebut di atas dijumlahkan kemudian dijajarkan dalam 5 komponen. Jika nomor surat tadi dijajarkan dengan hasil penjumlahannya, maka bilangan tersebut adalah kelipatan 11:
7172059103 = 11 x 652.005.373

Demikian juga, jika nomor ayat tersebut di atas disejajarkan dengan jumlah nomornya, maka:
180110824322 = 11 x 16.373.711.302
Ini berarti kalimat al-asma'ul husna hanya diposisikan pada 4 surat dengan 4 ayat tertentu saja, dengan kodetifikasi angka 11 yang tidak sederhana. Bila tertukar posisinya, maka struktur ini tidak terjadi.

Ketiga, struktur sederhana Surat Muhammad dengan Surat al-Muddatstsir. Kedua surat ini, bernomor 47 dan 74, mempunyai ayat 38 dan 56, sama-sama berjumlah 11 digitnya.

4 + 7 = 7 + 4 = 3 + 8 = 5 + 6 = 11

Sekali lagi, kita diyakinkan adanya hubungan kodetifikasi antara nama-nama yang indah, Nabi Muhammad saw, seruan "bagi orang yang berselimut", dan syari'ah. Tetapi bagian yang paling menarik adalah hubungan angka 11 dengan benda-benda di langit (tunggal), yang direfleksikan oleh ke-3 Surat an-Najm (Bintang), al-Qamar (Bulan), dan asy-Syams (Matahari) sedemikian rupa sehingga jumlah ke-3 nomor suratnya merupakan kelipatan 11.

53 + 54 + 91 = 198 atau (11 x 18).

Bukan suatu kebetulan, benda di langit pada sistem tata surya kita dikodekan dengan angka 11 dalam al-Qur'an, sama dengan perbedaan sistem Kalender Matahari dan Kalender Bulan, yaitu 11 hari. Coba kita perhatikan keterangan NASA tentang sistem kalender.
Salah satu sistem untuk mengukur waktu yang telah berlalu atau yang akan datang adalah kalender. Sistem kalender satu tahun terdiri dari 12 bulan. Setiap Kalender Bulan, berdasarkan waktu bulan mengelilingi bumi adalah 29,53 hari. Karenanya, waktu satu tahun adalah 354,37 hari. Ini tidak sama dengan lamanya waktu dari satu musim ke musim lainnya, misal "hari pertama musim semi atau dikenal dengan vernal equinox" ke musim semi berikutnya, yaitu 365,24 hari. Yaitu berbeda 11 hari.
Sedangkan Kalender Matahari, berdasarkan waktu bumi mengelilingi matahari, dikenal dengan Kalender Julian atau yang kemudian diperbarui dengan sebutan Kalender Gregorian, masukan dari astronom bernama Christopher Clavius dari Itali. la menyarankan aturan khusus untuk menvesuaikan perbedaan dari 365 hari satu tahun dengan 365,24 hari aktual per tahun, yaitu dengan penyesuaian setiap 4 tahun sekali. Berlaku bagi abad-abad yang berakhir; yang dapat dibagi dengan 400. Dengan demikian, tahun-tahun di 1800, 1900, dan 2100 tidak ditemukan tanggal 29 Februari. Hanya ada di tahun-tahun 2000 dan 2400. Pengaturan ini memungkinkan rata-rata Kalender Gregorian hanya berbeda 0,5 menit dengan waktu aktual tiap tahun, atau dengan tingkat kesalahan 1 hari dalam 3000 tahun sekali.
Berbeda dengan Kalender Islam yang berdasarkan Kalender Bulan. Dimulai ketika Muhammad saw hijrah ke Medinah pada tahun 622. Kemudian Khalifah Umar menetapkan hari pertama bulan Muharram sebagai awal tahun Kalender Islam, yaitu 16 Juli tahun 622. Tiap bulan bergantian 30 dan 29 hari kecuali bulan ke 12, Dzulhijjah (Dzu al-Hijjah). Ini, menariknya, berhubungan dengan angka 11 dan 19. Supaya tepat dengan aktual waktu fase bulan. 11 tahun siklus pertama, bulan Dzulhijjah di-set 30 hari, dan 19 tahun kemudian di-set 29 hari. Dengan demikian setahun bisa 354 hari atau 355 hari. Dalam 30 tahun, lengkaplah satu siklus, rata-rata 354,37 hari.
Jika kodetifikasi angka 11 dalam al-Qur'an merefleksikan perbedaan sistem kalender dalam tata surya kita, maka, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, angka 19 juga berhubungan dengan desain alam, fase bulan dan siklus Meton. Termasuk yang diketahui, lamanya orbit komet Halley mendekati tata surya setiap 76 tahun sekali atau (4 x 19) tahun. Apa kata sains tentang komet ini:

Tahun 1705, Edmund Halley membuat prediksi dengan rumus Newton bahwa sebuah komet di tahun 1531, 1607, dan 1682 akan masuk ke sistem tata surya. Kemudian kembali lagi tahun 1758. Ramalannya tepat. Akhirnya komet tersebut diberi nama dengan namanya. Orbit komet Halley rata-rata 76 fahun, tergantung dari pengaruh gravitasi di ruang angkasa. Komet ini muncu! di tahun 1910, dan kembali di tahun 1986. Penampakan kembali di sekitar tata surya kita akan terjadi di taltun 2061/2062.

Simak wawancara Michio Kaku tentang Parallcl Universes di BBC Homepage Science: berhubungan dengan bilangan 11.

Teori-M mendefinisikan 11 dimensi ruang dan waktu, terdiri dari 70 ruang dan 7 dimensi waktu. Jika kita berbicara quantum parallel universes, maka akan ada alam yang "mirip" dengan alam semesta kita. Semua dimensi "bergetar" dan membuat alam semesta kita ikut "bergetar. "Getaran" tersebut tampak seperti cahaya. Alam semesta manusia berada di 4 dimensi (3 dimensi ruang dan waktu), sisanya (di luar itu) hyper-space yang terdiri dari 7 lapis dimensi ruang. Alam semesta yang terdekat hanya berjarak kurang dari 1 mm saja. Uji coba akan dilakukan di Geneva beberapa tahun mendatang, untuk pengembangan selanjutnya.

Fenomena di atas memberi gambaran kepada pembaca bahwa pernyataan pemikir matematika seperti Galileo, studi para ilmuwan, dan Al Qur'an, benar adanya. Ada korelasi erat antara desain alam semesta, matematika, Kitab Suci dan manusia. Bilangan prima banyak dipakai sebagai kode unsur alam, di antaranya anomali planet-planet, garis edar, DNA, unsur kimia, pengaturan atom, dan kromosom.

D.    Besi, Surat Ke-57
Memang aneh tampaknya, dalam pelajaran teologi, nama salah satu elemen kimia dalam tabel periodik, yaitu besi (Fe = ferrum) bisa menjadi salah satu judul surat dalam kitab suci agama. Tetapi itulah Al Qur'an. Sehingga akan muncul pertanyaan, karakter apa yang menarik pada surat ini? Lalu, mengapa besi dijadikan salah satu nama surat dalam Al Qur'an? Bukankah emas, misalnya, lebih berharga?
Surat ini turun di antara masa-masa Perang Uhud, pada awal terbentuknya Negara Islam di Medinah. Oleh karena itu, bisa dipahami jika cukup banyak ayat yang memerintahkan pembaca untuk menafkahkan harta bagi kepentingan umum. Nama surat terambil dari kalimat wa anzalnal-hadida, ayat 25. Ayat seperti ini, menurut tafsir dari Malik Ben Nabi, laksana "kilauan anak panah" yang menarik perhatian bagi kaum ber­akal yang diselipkan di antara pelajaran-pelajaran yang menyangkut ketuhanan.

" Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan/turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka mempergunakan besi itu), dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Maha Perkasa." (al-Hadid 57: 25).

Karakter pertama yang menarik perhatian adalah banyak penafsir menggunakan terjemahan wa ansalnal-hadida dengan "Kami ciptakan besi", padahal secara intrinksik seharusnya. "Kami turunkan besi", sebagaimana terjemahan "Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan mizan (keadilan, keseimbangan, keselarasan, kesepadanan)". Mengapa demikian? Karena dalam bayangan mufasir klasik, bagaimana caranya besi diturunkan dari langit? Apakah dijatuhkan begitu saja?
Namun seiring dengan perkembangan waktu, pengetahuan manusia bertambah. Ilmuwan seperti Profesor Armstrong dari NASA atau Mohamed Asadi berpandangan bahwa "memang besi diturunkan dari langit". Sains memberikan informasi kepada kita bahwa besi termasuk logam berat tidak dapat dihasilkan oleh bumi sendiri. Energi sistem tata surya kita tidak cukup untuk memproduksi elemen besi. Perkiraan paling baik, energi yang dibutuhkan adalah empat kali energi sistem matahari kita, dengan demikian besi hanya dapat dihasilkan oleh suatu bintang yang jauh lebih besar daripada matahari, dengan suhu ratusan juta derajat Celsius. Kemudian meledak dahsyat sebagai nova atau supernova, dan hasilnya menyebar di angkasa sebagai meteorit yang mengandung besi, melayang di angkasa sampai tertarik oleh gravitasi bumi, di awal terbentuknya bumi miliaran tahun yang lalu.
Karakter kedua, ketika menjelaskan besi "memberikan kekuatan yang hebat" barangkali pembaca membayangkan sen­jata pemusnah sekelas ICBM, Intercontinental Ballistic Missile (peluru kendali antarbenua) atau senjata pemusnah massal seperti senjata kimia. Tetapi bukan hanya itu. Nikmat yang paling besar yang diberikan Tuhan kepada umat manusia adalah "desain bumi". Bumi dan isinya dilindungi oleh Sabuk Van Allen yang membungkus bumi seolah-olah perisai berbentuk medan elektromagnetik berenergi tinggi. Perisai dengan "ke­kuatan hebat" ini tidak dimiliki oleh planet-planet lain.
Sabuk radiasi yang membentuk energi tinggi, terdiri dari proton dan elektron, mengelilingi ribuan kilometer di alas bumi, diberi nama Sabuk Van Allen. Sabuk ini melindungi bumi dan isinya dari ledakan dahsyat energi matahari yang terjadi setiap 11 tahun sekali yang disebut solar flares. Ledakan dahsyat ini bila tidak ditahan di angkasa dapat meluluh-lantakkan semua kehidupan di bumi, dengan kekuatan setara 100 juta bom atom Hiroshima. Perlindungan juga didapatkan dari serangan badai kosmis yang membahayakan umat manusia. Sabuk ini terbentuk dari inti bumi yang besar, yaitu terdiri dari besi dan nikel. Keduanya membentuk medan magnet yang besar, yang tidak dimiliki oleh planet lain, kecuali planet Merkurius, dengan radiasi yang lebih lemah.
Barangkali kita sekarang paham mengapa besi menempati salah satu judul surat di dalam al-Qur'an. Inti besi dan nikel "melindungi makhluk bumi" berupa perisai elektromagnetik dengan "kekuatan yang hebat". Namun yang terpenting, Al ­Qur'an ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa besi tidak dapat diproduksi di bumi. Oleh karena itu, ia langsung ditu­runkan dari langit untuk dimanfaatkan oleh manusia sesuai dengan ayat 25.
Harap pembaca juga memperhatikan kodetifikasi di alam raya, solar flares terjadi 11 tahun sekali. Metonic cycle 19 tahun sekali, komet Halley rata-rata 76 tahun sekali mendekati bumi, penyesuaian Kalender Lunar mengikuti siklus 11 tahun dan 19 tahun.

Elemen Berat Besi, Fe-57
Karakter ketiga berhubungan dengan elemen kimia dalam tabel periodik. Kita tidak mungkin menafsirkan Surat Besi tanpa "membedah" elemen kimia besi berikut karakterisistiknya, yang berhubungan dengan kata al- hadid. Tanpa mengenal sifat­sifat besi, pembaca tidak akan mengetahui "keindahan" Surat Besi ini, yang diletakkan pada nomor 57.
Nilai kata atau al-jumal al-hadid adalah 57. Terdiri dari al (31) dan hadid (26). Tabel al-jumal bisa dilihat pada Tabe15.4.

Alif = 1, Lam = 30, Ha' = 8, Dal= 4, Ya' = 10, Dal = 4; Al Hadid = 1 + 30 + 8 + 4 + 10 + 4 = 31 + 26 = 57.

Dengan hal ini dapat disimpulkan dua fakta :
1.      Fakta Pertama
Fakta menunjukkan bahwa besi atau al-hadid mempunyai nilai (al-juntal) 57, sama dengan nomor suratnya, atau (19 x 3). Kelipatan 19 dengan koefisien angka 3.
Besi, menurut penelitian Van Krogt seorang ahli elementimologi, telah lama digunakan sejak zaman prasejarah, 7 generasi sejak Adam as. Besi adalah salah satu elemen berat, dengan simbol Fe, atau ferrum, yang berarti "elemen suci" dari kata Iren (Anglo-Saxon). Diberi nama ferrum, ketika pemerintahan Romawi, kaisar Roma yang bernama Marcus Aurelius dan Commodus menghubung­kan dengan mitos Planet Mars. Ilmu kimia modern mengatakan bahwa besi atau Fe ini mempunyai 8 isotop, di mana hanya 4 isotop saja yang stabil, yaitu dengan simbol Fe-54, Fe-56, Fe-57, dan Fe-58 (lihat Tabel 6).

TABEL VIII
ISOTOP BESI
Isotop
Waktu Paruh
Isotop
Waktu Paruh
Fe-.52
8.3 jam
FP-57
Stabil
Fe-54
Stabil
Fe-58
Stabil
Fe-55
2.7 tahun
Fe-59
54.5 hari
Fe-56
Stabil
Fe-60
1.500.000 tahun

Besi mempunyai nomor atom 26, posisinya terletak di tengah-tengah tabel periodik. Sedangkan Fe-57, salah satu isotop besi yang stabil mempunyai 31 neutron. Ini berbeda dengan isotop stabil lainnya, misalnya Fe-56 mempunyai 30 neutron dan Fe-58 mempunyai 32 neutron. Fe-57 juga diketahui mempunyai "ionisasi energi" tingkat ke-3, sebesar 2957 jk/mol (dibulatkan), energi yang keluar untuk mengubah status Fe+2 ke Fe+3. Besi sendiri mempunyai 4 tingkatan energi. Itulah mengapa hanya 4 isotop saja yang stabil. Terakhir yang tidak kalah penting, Fe-57 jdga diketahui mempunyai massa atom sebesar 56,9354.

2.      Fakta Kedua
 Begitu kita mengenal karakterisitik besi, kita mendapat gambaran banyak hal, misalnya:
·         Salah satu isotop besi yang stabil, Fe-57, mempunyai nomor simbol sama dengan nomor Surat al-Hadid, dan al-jumal dari al-hadid adalah 57 juga.
·         Besi mempunyai nomor atom 26, ditunjukkan oleh al-jumal kata hadid.
·         Fe-57 mempunyi elektron 31 buah, ditunjukkan oleh al­jumal dari kata "al".
·         Koefisien 3, dari (19 x 3), ditunjukkan dengan ionisasi ting­kat energi ke-3 yang dilepas sebesar 2957 jk/mol. Surat al ­Hadid yang bernomor surat 57 juga mempunyai ayat berjumlah 29 buah atau kodetifikasi 2957.
·         Peneliti Al Qur'an dari kelompok Fakir 60 di Amerika Seri­kat menjelaskan bahwa banyaknya kata dalam surat ini seluruhnya adalah 574 kata, sedangkan banyaknya kata dari awal surat sampai dengan ayat ke-25 (kata pertama) adalah 451. Bilangan 574 menunjukkan "Fe-57 adalah salah satu isotop yang stabil dari 4 isotop yang ada" atau berarti juga "yang mempunyai 4 tingkatan energi".
·         Bilangan 451, banyaknya kata, adalah jumlah bilangan no­mor simbol kedelapan isotop besi: Fe-52, Fe-54, Fe-55, Fe­56, Fe-57, Fe-58, Fe-58, sampai Fe-60; yaitu 52 + 54 + 55 + 56 + 57+ 58 + 59 + 60 = 451.
·         Enkripsi pada keempat isotop stabil, Fe-54, Fe-56, Fe-57, dan Fe-58 merupakan kelipatan 19 atau: 54565758 = 19 x 2871882
·         Demikian juga massa atom Fe-57, 56.9354 adalah: 569354 = 19 x 29966
·         Bukan suatu kebetulan, jika nomor surat dan nomor ayat besi (QS 57: 25) ditunjukkan dengan angka 19.
5+7+2+5=19.
·         Bukan pula suatu kebetulan jika Surat Besi diletakkan di tengah-tengah Al Qur'an, sebagaimana elemen besi nomor 26 terletak di tengah-tengah tabel periodik.
·         Dari sisi matematika, angka 57 dan 29 tergolong ajaib ka­rena angka-angka tersebut merupakan:
57x29= 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 +...+ 57 atau (19 x 87)

Kata "besi" dalam al-Qur'an disebut 9 kali dalam 6 ayat yang berbeda. Barangkali salah satu keterangan yang menarik dari hal yang menarik lainnya adalah keterangan yang berhu­bungan dengan "rahasia" Dzulkarnain pada Surat al-Kahfi (18:96), yang berarti "gua”. Ayat tersebut berkisah tentang "pin­tu besi" yang dibangun oleh Dzulkarnain "di antara kedua pun­cak gunung". Suatu saat akan hancur, ketika kiamat telah dekat. Tanda-tanda kiamat ini menarik perhatian ilmuwan Barat dan juga Winston Churchill, PM Inggris pada tahun 1940-an. Perha­tian para ahli arkeologi Muslim terletak pada karakter siapa yang pas untuk Dzulkarnain dalam sejarah? Apakah Raja dari Macedonia (tafsir Yusuf Ali dan Prof. Dr. H. Mahmud Yunus mengatakan Iskandar Dzulkarnain dari Macedonia, sehingga mengundang kritikan ahli sejarah, karena tidak pas), Alexander Agung, ataukah Cyrius Kaisar dari Persia? Sedangkan perhatian Churchill, karena ramalan "perang besar yang akan terjadi" sebelum dunia kiamat, sebagian tercatat dalam Kitab Mulia Al Qur'an, dengan versi lain jika dibandingkan dengan Bibel. Lalu siapakah Gog dan Magog (versi Barat), apakah kaum Kulit Kuning (Oriental), Hindu, animis, atau Komunis Rusia? Sedangkan al-Qur'an menyebutnya bangsa Ya'juj dan Ma'juj (al-Kahfi [181:94). Belum diketahui pasti siapa mereka. Indikasi masa depan, ada berbagai kemungkinan. Namun, satu hal, tampaknya para arkeolog telah menemukan "Pintu Besi" yang dimaksud oleh Al Qur'an di Derbent, termasuk dalam wilayah Uni Sovyet dahulu, seperti tercantum dalam Encyclopedia Columbia, walaupun masih diperdebatkan di kalangan sejarawan modern, siapa sebenarnya yang membangun pintu besi tersebut, Alexander Agung ataukah Cyrius?
Encyclopedia Columbia edisi ke-6, mencatat bahwa Derbent ditemukan pada tahun 438 oleh bangsa Persia sebagai pertahan­an yang strategis di Pintu Besi. Benteng tersebut masih ada dan diberi nama Tembok Kaukasia (Caucasian Wall) juga disebut Tembok Alexander. Dibangun oleh bangsa Persia (yang menemukannya) pada abad ke-6, untuk menahan serangan pendatang-pendatang dari daerah Utara.

Dengan demikian, Surat Besi ini menunjukkan keistimewaannya dengan berbagai cara, di antaranya adalah besi diturunkan secara intrinsik dari langit melalui meteorit pada awal terbentuknya bumi, miliaran tahun yang lalu. Besi diketahui mempunyai kekuatan yang dahsyat: inti besi dan nikel membentuk perisai medan magnet bumi dengan energi yang luar biasa untuk menahan solar flares dan badai magnetik angkasa. Sedangkan nomor surat 57 sama dengan al-jumal dari al-hadid (57). Surat ini juga memperlihatkan karakter Fe-57, salah satu isotop besi yang stabil. Selain itu, ditunjukkan dengan kodetifikasi nomor atom (26) dan jumlah elektron (31) yang mengelilingi inti atom besi. Kodetifikasi surat dan ayat juga ditunjuk­kan dengan jumlah digit nomor surat dan ayat besi (al-Hadid 57: 25), yaitu bilangan' 19. Ramalan atau prophecy: Besi atau Pintu Besi Dzulkarnain diisyaratkan berhubungan dengan salah satu tanda datangnya kiamat (hancur secara fisik) ketika bangsa yang dinamakan Ya'juj dan Ma'juj menimbulkan keru­sakan di bumi.

E.     Perhitungan Kecepatan Cahaya
Cahaya yang memiliki kelajuan sebesar 299.279,5 km/s dinyatakan sebagai yang tercepat di alam semesta ini. Jika dibandingkan dengan kecepatan rambat bunyi di udara yang mencapai + 200 km/s ternyata jauh lebih cepat. Begitu juga dengan perjalanan matahari dengan kecepatan + 120.000 km/s menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa yang dekat dengan bintang Vega. Ternyata dibanding dengan kecepatan lainnya di alam semesta ini, cahayalah yang paling cepat.
Konstanta C (kecepatan cahaya) pernah diukur oleh berbagai institusi sebagai berikut :
·         US National Bureau Standards
C = 299.792,4574 km/s
·         The British National Physical Laboratory
C = 299.792,4590 km/s
·         Konferensi ke-17 tentang Penetapan Ukuran dan Berat Standar
“1 meter adalah jarak tempuh cahaya dalam ruang vacuum selama jangka waktu 1/299792458 detik”
Selain melalui perhitungan-perhitungan di atas, juga ternyata di dalam Al Qur’an, suatu kitab yang diturunkan 14 abad yang lalu dapat digunakan untuk menghitung kecepatan cahaya. Penemu hitungan ini adalah seorang ahli Fisika dari Mesir bernama DR. Mansour Hassab ElNaby. Beliau mengambil beberapa ayat dalam Al Qur’an sebagai berikut:

Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui. (QS Yunus : 5)

Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.(QS Al Anbiya’ : 33)

Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS As Sajdah : 5)

Berdasar ayat-ayat Al Qur’an tersebut di atas, terutama ayat yang terakhir (QS As Sajdah : 5) dapat disimpulkan bahwa :

Jarak yang dicapai Sang Urusan selama satu hari sama dengan jarak yang ditempuh bulan selama 1000 tahun atau dengan kata lain 12.000 bulan. Jika dirumuskan maka akan menjadi :

C x t = 12.000 x L
Keterangan :
C  : Kecepatan Sang Urusan
t    : Waktu selama 1 hari
L  : Panjang rute edar bulan selama 1 bulan

Berbagai sistem kalender telah diuji, namun “Sistem kalender bulan sidereal” menghasilkan nilai C yang persis sama dengan nilai C yang sudah diketahui melalui pengukuran. Berikut akan dijelaskan beberapa sistem kalender bulan, yaitu :
1.      Sistem sinodik, adalah sistem kalender bulan yang didasarkan atas penampakan semu gerak bulan dan matahari dari bumi. Jika ditulis dalam bahasa matematika, maka :
1 hari     = 24 jam
1 bulan  = 29,53059 hari





Pada gambar 3, bulan bergerak dari posisi 1 dengan berputar searah jarum jam mengitari bumi menuju ke posisi 2. Bulan kembali ke posisi semula tepat pada garis lurus antara matahari dan bumi. Periode ini disebut “satu bulan sinodik”











Gambar 3.
Simulasi gerak revolusi bulan pada sistem sinodik

Keterangan gambar 3 (sistem sinodik) :
1    :  Posisi bulan pada hari 1
2    :  Posisi bulan pada hari 29,53

2.      Sistem sidereal, didasarkan atas pergerakan relatif bulan dan matahari terhadap bintang dan alam semesta.
1 hari     = 23 jam 56 menit 4,0906 detik
              = 86.164,0906 detik
1 bulan   = 27,321661 hari

Selanjutnya pada gambar 4, rute bulan selama satu bulan sidereal rutenya bukan berupa lingkaran seperti yang mungkin anda bayangkan melainkan berbentuk kurva yang panjangnya dapat dirumuskan :
L =   v . T
Di mana :
v   : kecepatan bulan
T   : periode revolusi bulan, yaitu 27,321661 hari











Gambar 4
Simulasi gerak revolusi bulan pada sistem sidereal


 




Sebelum kita memasuki perhitungan kecepatan cahaya, maka perlu diberikan sedikit catatan mengenai tipe kecepatan bulan. Tipe kecepatan bulan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.      Kecepatan relatif terhadap bumi (Ve), yaitu kecepatan rotasi bulan bila dihitung dari bumi. Kecepatan ini bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut :




Di mana
R  : jari-jari revolusi bulan
T   : periode revolusi bulan
Dalam penelitian lebih lanjut jari-jari revolusi bulan sama dengan 384.264 km, dan waktu satu kali revolusi bulan adalah sebesar 655,71986 jam. Jika angka-angka ini dimasukkan dalam rumus di atas maka akan menjadi :



 



2.      Kecepatan relatif terhadap bintang atau alam semesta, yaitu kecepatan revolusi bulan dengan membandingkan dengan benda-benda angkasa lainnya. Tipe kecepatan inilah yang akan dipakai dalam perhitungan kecepatan cahaya.
Einstein mengusulkan bahwa kecepatan jenis kedua ini dihitung dengan mengalikan rumus tipe yang pertama dengan cosinus a, sehingga didapatkan rumus :
v  =  Ve * Cos a
Dimana a  adalah sudut yang dibentuk oleh revolusi bumi selama satu bulan sidereal (a  = 26,92848o)

Setelah mengetahui tipe kecepatan relatif revolusi bulan, sistem kalender bulan, dan kita memperoleh beberapa rumus, maka dapat disusun sebagai berikut:

Rumus dari ayat Al Qur’an                             : C x t = 12.000 x L
( Jika dimasukkan rumus L = v x T )              : C x t = 12.000 x v x T
( Juga dengan rumus v  =  Ve  x Cos a )         : C x t = 12.000 x Ve x Cos a x T

Sehingga dapat diperoleh rumus akhir yaitu :
Cx t = 12.000 x Ve x Cos a x T
Keterangan :
Ve     :  3.682,07 km/jam
a       :  26,928480
T       :  655,71986 jam
t        :  86.164,0906 detik

Dan kemudian jika kita ganti semua variabel yang ada dengan angka-angka yang sudah diketahui maka akan menghasilkan :

Cx t = 12.000 x Ve x Cos a x T
C x 86.164,0906 = 12.000 x 3.682,07 x Cos 26,92848 x 655,71986
C x 86.164,0906 = 25.831.348.035,086244168
C = 299.792,49888452074219419661582316
C = 299.792,5 km/s

TABEL IX
PERBANDINGAN ANTARA PERHITUNGAN C (KECEPATAN SANG URUSAN) DENGAN PENGUKURAN KONSTANTA C (KECEPATAN CAHAYA) OLEH BEBERAPA LEMBAGA.

No
Jenis Pengukuran
Hasil Pengukuran
1.
Nilai C hasil analisis Al Qur’an
C = 299.792,5 km/s
2.
US National Bureau Standards
C = 299.792,4574 km/s
3.
The British National Physical Laboratory
C = 299.792,4590 km/s
4.
Konferensi ke-17 tentang Penetapan Ukuran dan Berat Standar
“1 meter adalah jarak tempuh cahaya dalam ruang vacuum selama jangka waktu 1/299792458 detik”

Pada TABEL IX memperlihatkan bahwa nilai C hasil perhitungan menggunakan analisis terhadap ayat Al Qur’an ternyata sama dengan nilai C yang telah dihitung oleh lembaga-lembaga lainnya yang dapat dibuktikan keakuratannya.
Perhitungan ini membuktikan keakuratan dan konsistensi nilai konstanta C hasil pengukuran selama ini dan juga menunjukkan kebenaran Al Qur’anul Karim sebagai wahyu yang patut dipelajari dengan analisis yang tajam, karena penulisnya adalah Sang Pencipta Alam Semesta.


BAB V
PENUTUP


A.    Simpulan
Berdasarkan uraian yang sudah dipelajari di atas maka kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Al Qur’an tidak mengkhususkan pembicaraannya pada bangsa khusus serta tidak dikhususkan pada satu waktu sehingga bersifat universal, abadi dan sempurna.
2.      Banyak ilmu –ilmu yang ditemukan pada abad ke-20 ternyata sudah tertulis pada Al Qur’an yang diturunkan pada abad ke-6.
3.      Matematika adalah bahasa Tuhan ketika akan menciptakan alam semesta karena banyak sekali tempat – tempat di alam ini yang mengandung unsur matematika.
4.      Struktur ayat dan kata dalam Al Qur’an diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT. sehingga menjadi susunan yang indah dan misterius.
5.      Besi diturunkan dari langit turun ke bumi yang membuat bumi terlindung dari ledakan dahsyat energi matahari ( flares ) yang kekuatannya setara dengan 100 juta bom atom Hiroshima.
6.      Al Qur’an tidak dibuat oleh manusia, tetapi penulisnya adalah langsung dari Pencipta Alam Semesta Allah SWT.

B.     Saran
Setelah melihat keterangan di atas, maka penulis memberikan saran – saran sebagai berikut :
1.      Penulis menyarankan kepada siapapun agat dapat melakukan analisis tajam terhadap kandungan – kandungan ayat Al Qur’an.
2.      Agar pemerintah membentuk suatu lembaga khusus yang menyoroti tentang hubungan antara ilmu modern dengan berbagai pernyataan dalam Al Qur’an.
3.     

41
 
Penulis memberi saran supaya kita selalu menjaga kemurnian Al Qur’an dengan cara membacanya baik disertai maknanya ataupun tidak.



DAFTAR PUSTAKA
 





Khalifa, Rashad. 2006. Keajaiban 19 dalam Al Qur’an. Bandung : Irsyad Baitus Salam.

Muftie, Arifin. 2004. Matematika Alam Semesta. Bandung : PT Kiblat Buku Utama.

Pasya, Ahmad Fuad. 2004. Dimensi Sains Al Qur’an. Solo : Tiga Serangkai.

Thabathaba’i, Allamah Muhammad Husein. 1997. Mengungkap Rahasia Al Qur’an. Bandung : Mizan.

Yusuf, Ali Anwar. 2006. Islam dan Sains Modern. Bandung : CV Pustaka Setia.





www.pakdenono.com





42
 

0 komentar:

Posting Komentar